Kamis, 26 April 2012

Indonesia Kini dan Nanti


Aku mendengar dalam gelap
Ketika mereka mengayunkan selembar kain tak berwarna
Bukan merah
Bukan putih

Itu bukan benderaku

Benderaku sudah pergi
Tapi tidak benar-benar hilang

Benderaku ada di sini
Di sudut teraman
Tempat aku mengucap dalam kesyahduan

Aku hanya ingin
Menyelamatkannya dari angin

Nanti seribu tahun lagi
Biarkan mata mereka yang menjaganya

Ini tentang Tuhan Kita, bukan Tuhanku atau Tuhanmu


Selamat malam Tuhan!
Apa kabar hari ini?
Apakah kau selalu baik2 saja?
Apakah kau tak pernah mengeluh sedikit pun?

Aku tahu Tuhan, mengurus dunia itu pasti melelahkan
Aku tahu kau sering sekali dipersalahkan
Aku tahu Tuhan, manusia tak pernah puas pada permintaan
Padahal kau selalu mengusahakan yang terbaik
Padahal kau selalu merencanakan  yang termanis

“Tuhan”, sebuah kata yang mungkin disebut orang setiap hari
Mungkin juga seminggu sekali
Mungkin setahun sekali
Mungkin sewindu sekali
Mungkin seumur hidup sekali
Mungkin juga tak pernah disebut sama sekali hingga mati

Tuhan? Aku tidak yakin apakah mereka menyebutmu sebagai Tuhan
Aku tidak yakin apakah mereka mengenalmu sebagai kesatuan
Yang aku tahu mereka menyebutmu dengan “agama”
Yang aku tahu mereka mengenalmu sebagai “ritual”
Aku tidak tahu, karena mereka hanya berkata ”atas nama Tuhan saya”

Aku tidak menyalahkan mereka
Mereka toh telah berusaha untuk menjadi manusia yang paling baik di matamu
Mereka toh telah meluangkan waktu yang tidak sedikit untuk belajar tentangmu
Dalam ibadah penuh target yang dikerjakan sepanjang hari
Dalam kajian rutin di tempat-tempat suci

Mereka tidak salah jika menyebutmu sebagai “nyata”
Nyata, wajib ada di tempat mulia, wajib disebut sesuai dogma
Mereka tidak salah jika menyebutmu sebagai “ghaib”
Ghaib, bebas berdiri di mana saja, bebas disebut sebagai siapa saja
Yang aku takutkan hanyalah……
Dengan “kenyataan” itu mereka menyombongkan Tuhannya
Dengan “keghaiban” itu mereka menyederhanakan Tuhannya

Dalam sebuah kamar jiwa aku kembali bertanya
Jadi sebenarnya aku ini siapa?
Apa aku juga sudah mengenal Tuhan?
Atau aku hanya bersikap seolah-olah mengenal Tuhan?
Atau aku hanya bersikap sok baik agar dianggap baik oleh orang-orang yang sudah mengenal Tuhan?

Siapa yang wajib mengenal Tuhan?
Kalau Tuhan tidak dikenal oleh siapapun apakah dunia akan hancur?
Kalau agama tidak pernah diajarkan oleh siapapun apakah manusia menjadi bodoh?

Lalu aku pun melihat ke arah cermin
Dengan sedikit atribut yang aku pakai, tampaknya cukup lah untuk meyakinkan mereka bahwa aku ini hamba  Tuhan
Ah, berlebihan sekali anggapan mereka
Padahal kalau dipikir-pikir, aku juga sering melakukan penilaian yang sama
Menilai orang santun hanya dari jubah putihnya
Menilai orang bijak hanya dari kata-kata  surgawinya

Aku sudah terlanjur tertambat pada sebuah ikatan
Ikatan yang sebenarnya tidak memaksa namun mendekap
Yah, ikatan yang membuatku tidak bisa lari, lari dari Tuhan
Meskipun aku tidak benar-benar tahu Tuhan itu siapa
Meskipun aku tidak benar-benar tahu beribadah yang baik seperti apa

Mungkin aku hanya mencoba untuk mencintaimu dengan caraku
Meskipun mereka sering berkata,”Bacalah pedoman yang paling benar”
Mungkin aku hanya mencoba untuk mengagumimu dengan caraku
Meskipun mereka sering berkata,” Pilihlah agama yang paling benar”

Aku memilih untuk berada dalam wilayahku sendiri
Aku turut belajar bersama mereka, sehingga aku pun berteman dengan kebenaran
Aku turut belajar bersama yang lain, sehingga aku pun berteman dengan keawaman

Aku berharap kebenaran dan keawaman dapat berteman baik
Agar mereka dapat saling berbincang dari hati
Agar mereka dapat bersatu dalam misterimu
Dan sungguh, mengenalmu dalam misteri memberi kepuasan tak terbayar bagiku

Terima kasih Tuhan,
Telah mengingatkanku bahwa aku masih punya Tuhan
Terima kasih Tuhan,
Telah bersedia menjadi Tuhan bagi manusia bersama
Terima kasih Tuhan,
Karena kau tidak pernah meributkan orang-orang yang meributkanmu

Facebook: Dunia Maya, Dunia Nyata, dan Dunia Ghaib itu Beda Tipis


Tak pernah terbayangkan sedikitpun dalam benakku sebelumnya untuk menjadi “aktivis” Facebook. Sejumlah invitation dari teman-teman yang datang mengunjungi emailku pun aku abaikan begitu saja. Aku tak mengerti (dan tak tertarik) dengan Facebook: sebuah aplikasi dunia maya untuk terhubung dengan teman-teman. Yah, itu saja yang aku tahu dari Facebook. Aku pikir, apa pentingnya aplikasi yang seperti ini? Apa menariknya terhubung di dunia maya? Bukankah bertemu dan mengobrol secara langsung dengan teman-teman itu lebih efektif? Kalaupun toh tidak bisa mengobrol langsung, sekarang kan sudah ada handphone, alat komunikasi yang sudah lazim dimiliki massa.
Meskipun demikian, ternyata aku penasaran juga, hehe…. Apalagi ketika beberapa teman dekatku bilang bahwa Facebook (FB) itu asyik banget. Akhirnya aku coba deh untuk sign up. Sekilas sih memang tampak seperti Friendster ya? Aplikasi pertemanan yang cukup populer ketika aku ABG, jaman-jaman SMA gitu deh. Ya, sekali lagi aku berhasil menegaskan diriku bahwa FB itu biasa aja. Alhasil, setelah sign up, aku tak pernah tertarik lagi untuk menyentuhnya.
Pandanganku terhadap FB berubah setelah aku mulai kepikiran skripsi. Wow…. Entahlah, waktu itu aku berpikir bahwa yang namanya skripsi itu harus bombastis. Aku nggak mau ngambil tema skripsi yang biasa-biasa aja. Dan menurutku, tema yang keren pada waktu itu adalah INDIGO. Yang terbayang dalam benakku ketika mendengar kata “Indigo” adalah sosok orang yang sakti, punya indera keenam, dan bisa melihat hal-hal aneh seperti hantu, masa depan, serta benda-benda yang berjarak jauh. Pasti keren nih, kalau aku bisa bertemu langsung dengan orang seperti itu. Syukur-syukur kalau bisa dijadikan teman satu geng oleh mereka, haha… Bisa ketularan sakti nih.
Waktu itu tahun 2009, aku masih menempuh kuliah di semester V. Semester yang cukup awal untuk memikirkan skripsi, karena kebanyakan teman kuliahku baru memikirkannya saat semester VII atau VIII. Aku seakan terdorong oleh keinginan yang luar biasa untuk berburu indigo. Tapi..tapi…. gimana cara nyarinya ya? Dunia maya…. Ya, sebuah dunia yang membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin saat ini. Dunia yang lebih dari seorang dukun. Sekali tekan Google langsung terbuka semua informasi dari berbagai belahan bumi. Hoho.. ya, simple sekali ya cara mengatasi masalah hidup sekarang. Oke, aku pun mulai menghabiskan waktu berlama-lama di depan layar komputer, mulai merelakan sebagian uang saku untuk biaya ke warnet (karena belum punya modem), mulai tega mempekerjakan mata untuk membaca banyak artikel tentang indigo.
Hmm, itu saja belum cukup. Bagaimananapun, aku bertekad untuk bisa berkenalan dengan orang yang benar-benar indigo. Maka, semakin lama aku menjadi semakin hanyut dalam dunia maya. Terus…terus….dan terus menelusuri internet. Akhirnya sampailah aku pada sebuah forum indigo. Hiii… forum apaan ini yah? Aku pun mulai mengakrabkan diri dengan tema-tema aneh yang mereka bahas. Pengalaman reinkarnasi, keluar dari tubuh (yang kemudian aku tahu istilahnya sebagai Out of Body Experience), peristiwa masa depan, interaksi dengan alam ghaib, dan tema-tema lainnya yang membuat dahiku berkerut. Eh, ternyata beneran ada ya orang yang mengalami hal-hal seperti ini? Aku pikir cuma teori. Lalu di antara orang-orang tersebut, aku berusaha menyeleksi orang-orang yang bisa kuhubungi. Yang ceritanya paling aneh? Hehe… pengennya sih begitu, tapi penyeleksianku aku dasarkan pada siapa yang mencantumkan contact person. Sayangnya dari sekian banyak orang yang aku jumpai, hanya sedikit saja yang mencantumkannya, itu pun alamat email atau FB, bukan nomer HP.
Eeh, FB? Rasanya kok seperti de javu ya? Seperti kisah lama yang bersemi kembali. Jadi… dengan demikian aku harus mengaktifkan FBku kembali ya, sebagai syarat untuk bisa leluasa mengobrol dengan orang indigo? Ah ya, baiklah. Aku nggak boleh setengah-setengah. Dengan kemampuan menggunakan FB yang masih terbatas, aku pun mulai menge-add orang-orang indigo tersebut. Confirmation done! Akhirnya mulailah aku berinteraksi dengan teman-teman baruku. Yeaah, aku punya temen FB, hehe…
Dengan sikap sok kenal sok dekat (asli, sikap yang seperti ini sangat sulit kutunjukkan di dunia nyata), aku pun memberanikan diri untuk mengobrol dengan orang-orang tersebut dengan bahasa kurang lebih begini: “Hai, salam kenal. Kamu indigo ya? Gimana rasanya jadi indigo? Boleh dong berbagi cerita sama saya”. Sebelum menulis seperti itu, aku pun harap-harap cemas. Aduuh, gimana ya kalau si orang sakti itu ntar tersinggung dengan perkataanku? Gimana ya kalau orang itu menganggap aku ini orang bodoh yang gak berhak mengenal mereka lebih jauh? Ternyata kekhawatiranku ini tidak terbukti. Kebanyakan dari mereka begitu welcome. Mereka mau-mau aja mengobrol denganku dan menceritakan masalahnya sehari-hari.
Yaa meskipun lagi-lagi persoalan mereka masih terkesan “dunia lain” bagiku. Bayangkan aja, masak ada seorang temanku yang baru pertama kenal udah message begini,”I knew you. I’ve seen your eyes in some place before”. Heh? Apa-apaan ini? Masnya ngelindur kali. Siapa dia, siapa saya? Jujur, nih pernyataan bikin aku agak merinding. Hii, belum apa-apa udah ketahuan dia saktinya.
Ada pula kisah seorang teman cewekku yang mengatakan bahwa dirinya adalah puteri Belanda yang pernah hidup 800 tahun yang lalu!! Dia curhat kalau waktu itu dia bunuh diri dengan cara terjun ke jurang gara-gara nggak mau dijodohin oleh orang tuanya. Jadi ceritanya dia sekarang reinkarnasi gitu deh, tapi sekarang dia dan keluarganya jadi orang Indonesia. Mau percaya gimana, mau nggak percaya juga gimana, serba salah nih. Apalagi dia curhat kalau di masa sekarang orang tuanya (yang tentu saja sudah berganti tubuh fisik dan bukan orang tua kandungnya sekarang) mau melanjutkan perjodohannya di masa lalu. Dia bingung antara mau kabur lagi atau menyerah saja pada pasangan yang telah dipilihkan orang tuanya. Hmm, ada gitu ya orang Belanda yang di era modern malah milih menjadi orang Indonesia? Ini nggak ada hubungannya dengan rencana mau menjajah Indonesia lagi kan? Oke, oke, abaikan semua keanehan (seraya menghela nafas). Perjuangan mengerjakan skripsi bagaimanapun harus ditegakkan. Hohoho…..
Salah satu temen FB ku yang indigo kemudian mengajakku untuk membuat grup indigo di FB. Akhirnya terbentuklah suatu grup yang bernama: INDIGO COMMUNITY (IC). Karena masih baru terbentuk, maka anggotanya ya cuma aku dan dia. Hehe.. sepi sekali ya? Lalu aku pun menelusuri lagi teman-temanku di forum yang belum aku add di FB. Satu-per satu aku add dan ajak bergabung ke grup. Tapi kok jumlah anggota grupnya masih sedikit juga ya? Belum genap sepuluh orang. Tampaknya aku perlu mencoba cara lain untuk menambah teman. Aku pun masuk ke dalam blog orang-orang yang pernah membuat tulisan (atau pengakuan diri) tentang indigo. Dengan gaya sok kenal sok dekat juga aku mengobrol dengan mereka lalu mengajak mereka untuk bergabung dalam grup indigo.
Akhirnya anggotanya lumayan banyak, sekitar dua puluhan orang laah. Temenku yang ngajak gabung tadi tuh, sebut saja namanya AD mengangkatku menjadi admin grup bersama seorang teman yang sebut saja namanya AC. Wew, admin? Huhu… saya jadi terharu nih. Awalnya kan aku cuma pengen berkenalan dengan mereka aja. Eh, tahu-tahu malah diangkat sebagai pengurus grup, yang dengan demikian berarti dianggap sebagai pengasuh bagi para indigo. Kami pun membuat sebuah agenda seru. Diskusi online melalui Yahoo Messenger yang dilakukan tiap malem minggu, acara yang tentunya sangat mengisi waktu luang bagi yang jomblo seperti saya, hehe.. Dari obrolan berbagai hal aku pun akhirnya tahu bahwa yang namanya indigo itu tetap aja manusia. Mereka juga punya masalah sebagaimana manusia normal, terlepas dari “kesaktian” yang mereka miliki. Ternyata kemampuan metafisika yang mereka miliki seringkali membawa penderitaan bagi mereka sendiri. Di masa kecil (beberapa hingga dewasa), mereka sering dianggap sebagai orang yang aneh oleh lingkungan sekitar. Bahkan orang tua mereka pun ada yang tidak percaya dengan cerita-cerita mereka tentang hal ghaib atau mimpi yang menjadi kenyataan. Perasaan sedih, tertolak, terasing, dan bingung bercampur jadi satu. Aku pun melihat beberapa ketidaksetujuan mereka terhadap Tuhan, karena telah memberikan kekuatan tersebut pada diri mereka.
Waah, kompleks sekali ya! Kalau begitu aku batalkan saja keinginanku untuk ikutan menjadi sakti seperti mereka. Lebih enak hidup sebagai manusia biasa seperti ini. Entah apa yang membuatku merasa nyaman mengobrol dengan mereka. Padahal kalau dilihat dari segi kesaktian jelas berbeda kan? Hehe… Mungkin karena kita sama-sama sedang mencari jati diri ya? Kita sama-sama suka ngomongin tentang hidup, tentang filosofi, tentang mengapa manusia diciptakan, tentang mengapa manusia berbeda satu sama lain. Yaah, hal-hal yang membuatku semakin kaya akan pemikiran lah. Semakin lama mengobrol dengan mereka, aku semakin menemukan perubahan dalam diriku. Kalau kata teman-temanku di dunia nyata sih, aku jadi lebih filosofis, hahaha…. Bukan filosofis sih, lebih tepatnya mungkin aku jadi suka mempertanyakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Misalnya, Tuhan itu siapa, agama itu apa, apakah ada agama yang paling benar? Mungkin jadi sedikit liberal sih, tapi insya Allah liberal yang masih terarah kok. Masih solat juga, masih melaksanakan kewajiban agama juga. Cuma bedanya mungkin pandanganku jadi lebih terbuka, lebih toleran terhadap paham & keyakinan lain.
FB mengajariku banyak hal. Aku pun menjadi semangat untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman lamaku. Itu setelah aku menyadari betapa asyiknya mengobrol dengan banyak teman tanpa terbatasi ruang. Tanpa terasa teman-teman di FBku terus bertambah dari hari ke hari. Ini menunjukkan bahwa tingkat eksistensiku di dunia FB terus terjaga. Semakin di-amat-amati ternyata FB menarik juga. Bukan cuma orang nulis status terus dikomen, tapi juga bisa kirim-kirim foto, bisa tahu hari ulang tahun dan data temen, bisa main game, bisa berbagi kisah inspiratif, dan hal-hal menarik lainnya.
Sebagai admin grup IC, aku memang dituntut untuk selalu update terhadap perkembangan grup dan anggota-anggotanya. Otomatis, tiap hari aku selalu menyempatkan diri untuk membuka FB. Apalagi jumlah orang yang tertarik untuk masuk grup itu tidak sedikit. Hampir setiap hari ada yang me-request untuk menjadi anggota grup dan tugasku adalah meng-confirm mereka dengan pertimbangan terlebih dahulu. Ya berdasarkan feeling aja sih, kalau ada yang menurut perasaanku tuh orang bukan orang yang baik ya nggak akan aku confirm (dasar yang sebenarnya kurang ilmiah untuk menghakimi orang, hanya berdasar feeling, wah..wah..). Hingga kini jumlah anggota IC telah mencapai 1600 orang. Banyak ya? Kalau di dunia nyata nggak kebayang deh gimana rasanya ngurusin organisasi dengan anggota sebanyak itu? Berhubung ini dunia maya, jumlah segitu jadinya biasa aja. Jumlah temanku di FB aja juga hampir segitu kok, meski kayaknya lebih banyak yang nggak aku kenal atau nggak pernah ketemu langsung, hehe…
Pembicaraan dengan teman-teman indigoku tidak hanya berkutat di dunia tak tampak. Kami pun memutuskan untuk saling melihat wajah secara nyata, bahasa kerennya kopi darat. Lalu dibuatlah agenda-agenda gathering. Karena kita semua tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Maka tidak mungkin untuk mengumpulkan semuanya dalam satu lokasi. Akhirnya dibuatlah perwakilan di beberapa kota besar seperti, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Padang, dan Makasar. Aku yang sedang numpang tinggal di Yogyakarta pun biasanya berkumpul dengan teman-teman indigo di pasar pagi UGM yang populer dengan sebutan Sunday Morning. Kita ngobrolin tentang banyak hal, tapi yang nggak boleh ketinggalan tetep aja ya tema mistis. Kita mengemas tema mistis dengan cara fun kok, misalnya kenapa ya kuntilanak kok bisa cantik? Bagaimana kalau kuntilanak diajak ikut pengajian aja? Hehe…. Dari obrolah-obrolan aneh ini kita justru semakin dekat. Kita jadi sering main bareng, nggak cuma pas gathering rutin, tapi juga iseng jalan-jalan ke tempat-tempat menarik kayak mal, kafe, pantai, dan lain-lain.
Dari sekian orang teman-teman unikku, akhirnya aku berhasil mengajak dua orang untuk menjadi subjek skripsiku. Itu setelah melalui perjalanan panjang lho. Awalnya sih aku sangat berniat untuk mencari subjek indigo yang anak-anak. Eh setelah putar-putar ke Bandung dan Jakarta sampai kepala ikut berputar (baca: pusing), ternyata aku tak mendapatkan subjek dengan kriteria yang aku inginkan. Akhirnya dengan (sedikit) putus asa aku kembali ke Jogja dan menghubungi dosen pembimbing skripsiku. Bapak dosen sepertinya mulai iba melihat wajahku yang penuh kebingungan hingga beliau pun berkata,”Ya sudah, sekarang kamu cari subjek lagi aja seadanya. Usianya terserah sih, yang penting indigo kan?” Iya pak, siap…siap… Aku pun mulai melirik dan memeriksa, adakah di antara teman-temanku yang pantas aku jadikan sebagai subjek? Ya, setelah melalui seleksi cukup ketat, akhirnya hanya ada dua orang yang aku anggap benar-benar sesuai kriteriaku. Oke deh, aku pun mulai melakukan serangkaian proses pengambilan data serta analisis yang menyenangkan (sekaligus melelahkan). Sekilas skripsiku yang sudah jadi tampak seperti novel yang “berbobot” (karena kalau dihitung total plus lampiran jadi setebal 380 halaman). Puas sih melihat hasil kerja kerasku ini. Apalagi kalau mengingat kembali perjalananku dalam berburu orang-orang indigo (yang awalnya kusebut dengan “orang sakti”).
Meskipun pada kenyataannya aku tidak berhasil lulus sesuai target (mundur satu tahun dari target), aku tetap bahagia karena aku merasa mendapatkan lebih dari apa yang aku cari. Aku tidak hanya mendapatkan informasi tentang apa itu indigo. Aku pun merasa kepribadianku menjadi semakin matang, sesuai sekali dengan judul skripsiku: Kepribadian Matang pada Indigo Dewasa Awal. Hmm, pokoknya aku merasa memiliki pola pemikiran yang mirip dengan mereka. Aku mengadopsi pemikiran mereka yang nggak mudah menghakimi orang lain, melihat Tuhan sebagai kesatuan dari semua alam, serta penghargaan yang tinggi terhadap makna kehidupan. Aku jadi mulai sering meluangkan waktu untuk mengobrol dengan diri sendiri (mungkin ini yang dinamakan suara hati) serta mengamati alam. Ini adalah hal-hal yang sebelumnya tidak aku anggap penting untuk dilakukan. Efeknya, badanku rasanya lebih enteng menjalani hidup. Seolah tidak ada ikatan yang terlalu kuat untuk membuatku takut meninggalkan dunia. Tapi itu tergantung kondisi jiwa juga sih. Kalau jiwa lagi bagus ya hal-hal semacam itu mudah untuk diterapkan. Jadi, tugasku (dan menurutku tugas semua manusia juga) adalah mengupayakan berbagai cara agar kondisi jiwa selalu bagus.
Sekarang aku sudah menjadi sarjana psikologi. Senang rasanya pernah dipertemukan Tuhan dengan teman-teman indigo dalam tali silaturahmi FB. Kalau nggak ada FB nih ya, nggak jamin aku akan bisa mengerjakan skripsi dengan gampang. Ah ya, aku baru ingat. Kenapa aku tidak memasukkan FB dalam daftar pustaka skripsiku ya? Pengen sih, tapi mungkin karena dunia ilmiah belum pernah membahas FB sebagai sumber referensi, maka aku pun dulu jadi tidak kepikiran untuk turut menyertakannya. Oke lah, sebagai gantinya, mungkin aku sebaiknya membuat banyak tulisan tentang FB aja, siapa tahu tulisanku akan dikutip banyak orang trus nanti kan namaku beserta judul tulisanku dicantumkan di bagian daftar pustaka. Pokoknya aku harus berterima kasih dan memberi apresiasi kepada FB, yeaah!
Oh ya, kalau ditanya apa tipsnya kok aku nggak takut berkenalan dengan orang-orang baru di FB, kok aku nggak takut hilang dibawa kabur teman-temanku atau kok aku nggak takut terkena penipuan? Jawabannya adalah ikuti kata hati saja, hehe… Gimana ya? Selama ini aku sih berusaha berpikir positif dengan semua temanku, siapapun itu. Dan syukur alhamdulilah, selama ini aku juga nggak pernah mengalami hal-hal yang merugikan dari FB. Tapi kalau mau jaga-jaga ya, menurutku langkah yang cukup tepat adalah dengan melihat ada tidaknya mutual friends dari orang yang mengajak kita berteman, khususnya apabila dia adalah orang yang belum kita kenal. Semakin banyak mutual friends, maka orang tersebut semakin aman bagi kita, karena hal ini menunjukkan bahwa orang itu berada di wilayah pergaulan yang hampir sama dengan kita. Seandainya setelah berteman dengan seseorang ternyata kita menemui hal yang tidak kita sukai dari interaksi kita dengan dia, ya gampang sih kalau mau menjauh dari dia, tinggal di unfriend atau putuskan pertemanan. Kita toh berhak memilih siapa yang pantas menjadi teman kita.
Memang sih, mengelola FB itu gampang-gampang susah. Gampang karena kita bebas memberi respon apa saja kepada orang lain dengan efek sosial yang risikonya lebih rendah daripada interaksi secara langsung. Susah karena seringkali membuat kita lupa bahwa dunia maya dan dunia nyata sebenarnya tidak pernah benar-benar terpisah. Ya mungkin ketika kita menulis status atau memberi komentar tertentu kita merasa aman-aman saja karena orang yang baca pun nggak ada di depan kita. Nah, tapi coba bayangkan efeknya yang lebih besar. Kalau kita melakukan sesuatu yang menyinggung perasaan orang lain di FB, maka mungkin saja di sebuah tempat terpisah dia tengah menghimpun kekuatan bersama banyak orang untuk melawan kita suatu saat nanti. Hyaa, makanya gunakan FB secara bijak. Yang boleh bijak bukan cuma orang yang bayar pajak kalii.. Disamping dunia maya dan dunia nyata yang tidak terpisah, masih ada satu lagi yang berkaitan, dunia ghaib. Eiits.. jangan takut dulu. Maksudnya adalah, dunia yang digerakkan oleh Tuhan. Kita toh nggak mungkin kan bisa FB-an tanpa kehendak Tuhan, kita toh nggak mungkin kan ngobrol langsung dengan teman tanpa kehendak Tuhan. Meskipun Tuhan sendiri nggak punya akun FB, kita tetap bisa lho menyapa Dia lewat status atau komentar kita yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi, selamat ber-FB dalam dunia-dunia indah kita yaa!

Anggap Saja Kita sedang Liburan


Hai kawan… Kita sedang liburan lhoo!!
Lihat, tempat wisata kita begitu indah kan?
Lihat itu tulisan di atas gapuranya : Selamat Datang di Duniaa!!!
Hmm, dunia? tempat seperti apa itu? Yuk, kita jelajah bersama2!

Hei, di situ
Ada matahari yang cantik.....
Ada pepohonan rindang.....
Ada sawah sejuk menghijau.....
Ada burung2 bernyanyi merdu

Eeh, ayo pindah ke sana
Di sana ada benda berjajar-jajar
Hmm, mungkin itu yang namanya mobil & motor
Waah, apa itu yang tinggi2 menjulang?
Orang2 bilang itu gedung2, ada gedung kantor, gedung sekolah, dll...
Ih, ada benda kotak bisa bunyi & ada gambarnya. Apa itu?
Itu televisi...
Kalo benda yang lebih kecil tapi mirip televisi, trus katanya bisa ngobrol dengan banyak orang di tempat jauh, itu apa namanya?
Waah, itu komputer atau laptop, yang dihubungkan dengan internet.

Ternyata dunia itu ramai yaa!!!
Oh, ya kapan kamu tiba di sini, kawan?
Sepertinya kita tidak berangkat bersama-sama ya!
Tapi menyenangkan sekali bisa bertemu dengan kalian dalam kesempatan ini
Dulu pas pertama datang aku ingar, aku tidak sebesar ini.
Aku begitu mungil ihihi.... mungkin disesuaikan dengan ukuran pesawat yang juga kecil.
Ya, pesawat yang aku tumpangi namanya : Rahim.
Ehm, perkenalkan, ini pilot yang mengantarkanku dalam perjalanan ke dunia, namanya: Ibu.
Aku gak tahu kenapa sebabnya, semakin lama badanku semakin membesar, haha.....

Trus aku juga ketemu banyak orang, bentuknya sama kayak aku.
Ah, ya dari guru di sekolah aku tahu kalo makhluk yang bentuknya kayak aku ini namanya manusia, hehe...
Aku belajar sama manusia lainnya lho. Mereka mengajariku banyak hal, berkomunikasi, membaca, menulis, sopan santun, moral, filsafat, pengetahuan umum, banyak deh.
Mereka sering membuatku tersenyum & tertawa, hehe....
Yai... aku juga belajar tentang cinta

Tapi di lain waktu, manusia juga mengajariku hal yang kurang menyenangkan lho, misalnya bikin aku nangis, kecewa, menyesal, sakit hati.



Yaah, secara keseluruhan, manusia itu unik sekali


Wah, aku bahagia. Sangat bahagia.
Apakah kau juga demikian, kawan?
Ooh, tanggal berapakah ini? Jam berapakah ini?
Aku tahu, suatu saat nanti aku harus pulang, kembali ke rumahku.
Nanti akan ada yang datang menjemput.
Dia berpakaian hitam & gagah, seperti ksatria.


Kalian juga harus pulang kawan.
Yaa... mungkin kita pulangnya nggak barengan.
Bisa aku dulu, bisa juga kalian dulu.
Hehe... tapi tenang saja...
Toh, pada akhirnya kita juga akan sama2 pulang kok.
Pulang ke rumah yg sama, bukankah itu menarik?
Rumah kita lebih bagus lho dari tempat liburan kita sekarang.....
Megah sekali seperti istana
Ada halaman yg luaas..... air terjun yang indah..... bunga2 yg selalu mekar dan wangi..... binatang2 lucu...... hmm, mungkin juga ada pangeran tampan di sana. Haha.....

Oyaa, nanti kita akan bertemu Tuhan.
Jangan lupa ucapkan terima kasih pada Dia, atas liburan yang menyenangkan selama di dunia :)