Haii….. Apa kabarmu hari ini? Apa agendamu hari ini? Apakah
kau menikmatinya? Atau ada sesuatu yang membuatmu kesal?
Ceritakan kepadaku….. Aku ingin mendengarnya darimu…. Semua
cerita itu……
Aku ingin mendengarnyaa…. Aku akan menyediakan diriku,
telingaku, hatiku, dan juga jiwaku…
Hmm… apa lagi? Senyuman itu? Yaa, aku akan tersenyum. Senyum
yg kau suka. Senyum yg sangat sederhana. Senyum yg aku sendiri pun tidak tahu
di mana letak keindahannya.
Hehe.. mari kita buat cerita konyol ini menjadi indah.
Terkesan seperti orang gila ya? Ngomong sendiri, dijawab sendiri.
Ya, kau sudah menjadi gilaaa, hahahaha……. Maaf ya, aku belum
melakukan apa2 tapi sudah meracunimu.
Hmmm, tidak apa2. Hanya ingin membuat hidupmu lebih berwarna
dengan kegilaanku. Bukankah akan lebih baik jika kita sama2 menjadi “tidak
normal.”
Aku sebut ini ajaib. Suatu tempat dimana hanya kau dan aku
yg mengerti bagaimana caranya berinteraksi. Tanpa kata, tanpa suara. Hanya saling
memandang.
Dan selalu, tatapan penuh makna itu yg membuatku kaku.
Ya, aku menderita. Sebenarnya aku sangat ingin memberikan
tatapan yg sama. Memandangmu secara penuh. Memandangmu secara tulus.
Tapii…. Kau secara tiba2 memberikan energi yg membuatku
tidak bisa melakukannya. Membuatku takut. Membuatku berkeringat dingin, pucat,
dan sesak nafas.
Ya, kau membuatku menderita. Apakah kau tahu? Kau selalu
membuat hari-hariku tidak tenang.
Kau ini…. Seperti dua sisi yang menakutkan. Saat kau tak
ada, mataku ini dengan liarnya mencari ke sana dan ke mari. Seperti ada yang
kosong. Seperti ada sesuatu yang harus aku temukan.
Tapii… di saat kau ada. Kehadiranmu selalu tanpa terencana. Kau
datang di saat aku belum siap. Di saat aku tidak tahu bagaimana caranya menata
hati. Selalu.. kau tiba dan hatiku pun terombang-ambing seketika.
Keseimbanganku terganggu. Aku tak bisa melangkah. Aku tak
bisa bersuara. Lalu aku hanya bisa memberikan tatapan kosong.
Padahal….. dalam hati sungguh aku ingin berteriak,”Haaaiiii……
Senang bertemu denganmu. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu yaa!”
Maaf, bukannya aku tidak ingin memberikan sapaan itu.
Bukannya aku ingin mengabaikan kehadiranmu. Aku hanya….. tidak tahu bagaimana
caranya memulai percakapan ini.
Di saat aku belum benar-benar mengenalmu, kenapa perasaan
ini sepertinya sudah lama mengenalmu? Kenapa perasaan ini bisa bercerita banyak
hal tentangmu, padahal kau pun tak pernah mengucapkan sepatah kata padaku?
Aku pernah memprotes Tuhan. Kenapa di dunia harus ada kisah
seperti ini ya? Berkali-kali Dia mengatakan bahwa ini semua bukan hukuman, juga
bukan kesalahan. Aku tidak perlu menghindarinya, juga menyalahkannya. Memang
tidak ada yg pantas untuk disalahkan.
“Masak Gue salah sih Im, bikin perencanaan? Lo nggak percaya
apa sama Tangan Sakti Gue? Ya suka-suka Gue dong. Kan Gue Tuhan, Gue yg bikin
cerita.”
Aaaahh….. pengen pukul-pukul manja ke Tuhan #uuups.
Ya, sudahlah Tuhan. Mau gimana lagi? Aku memang tidak tahu
dia itu siapa. Tapi kalau dia memang cermin bagiku untuk berkaca yaa, aku akan
berusaha menerimanya kok.
Aku memang sering merasa inferior. Aku melihat dia terlalu
tinggi bagiku. Berbeda tingkat kompetensi, tingkat intelijensi, tingkat
jabatan, hmm.. mungkin juga tingkat keimanan.
Aku cuma nggak pengen membawa dia ke jalan penuh kesesatan, Tuhan.
Serius nih, Tuhan percaya bahwa dia akan baik-baik saja ketika membuat kisah
denganku???
Lihatlaah, tugas-tugasku aja belum aku selesaikan. Tanggung jawabku
untuk menuntut ilmu saja masih memprihatinkan. Nilai-nilaiku saja masiih…. Ah sudahlah
tidak usah disebut, bikin malu orang tua saja. Mahasiswa S2 macam apa ini? Plak…plak..plak…
*ditampar kucing-kucing sekebun binatang
Memang selama ini aku sudah bodoh. Dan kehadiran dia semakin
mempertajam kebodohanku, huhu…. Tapii… di satu sisi aku sudah berjanji. Ketika
aku memiliki perasaan ini ke dia, aku harus berusaha membawanya ke arah yg
benar.
Percaya atau tidak, meskipun aku bodoh, aku masih bisa lho
berlagak pandai dan bijak. Hohoho…. Lalu
suara bijakku pun berkata,”Hey, dia manusia yg baik. Kau harus bisa menjadi
baik karena dia. Ehm, ralat. Bukan karena dia, tapi karena dirimu sendiri. Kau
cukup melihatnya sebagai cermin. Ketika dia melangkah ke depan, temukan
bayanganmu sendiri dan melangkahlah bersama bayanganmu ke depan. Itu cara
menyukai seseorang dengan kekuatan semesta”
Okey….okey….. Calm down, Ima. Teruslah berjalan…Teruslah
melangkah. Ku tahu kau tahu, aku ada. Ehem, lagunya mbak Dewi Lestari ini pas
banget deeh.