Minggu, 13 Desember 2015

Belajar Mengenali Hati



Kenapa kok mengenali hati aja pake belajar? Iya ya.... bukannya hati itu bagian yg sangat dekat dgn diri kita? Kita udah punya hati sejak lahir. 

Benar.. bahwa kita semua punya hati adalah benar, namun seringkali kita mengabaikan keberadaan hati itu. Kalo belum merasa sakit atau kecewa, kita bahkan lupa kalo hati itu beneran ada. Kalo lagi nangis bombay deh baru ngerasa : Aduh... Hatiku sakiit.... 

Ternyata ada baiknya juga Tuhan ngasih kita ujian dan cobaan, biar kita tahu kalo hati itu nggak cuman ada kalo pas kita disakiti. Pas bahagia kita juga sebenarnya punya hati, cuma sensasinya ya biasa aja... Kebanyakan manusia pasti berpikir bahwa bahagia itu ya seharusnya. Kalo sakit hati ya sebisa mungkin harus dihindari. Sakit hati itu petaka, mungkin itu pertanda bahwa Tuhan sedang marah pada manusia. 

Lalu, benarkah demikian? Ah, sepertinya itu hanya asumsi manusia (yg nulis ini juga pintar berasumsi). Tuhan itu nggak pernah marah lho... Tuhan memang suka mencintai makhlukNya dengan cara yg berbeda-beda. Sekarang kita dibikin tersenyum, 10 menit kemudian dibikin nangis sama Dia, itu adalah hal yg wajar-wajar saja menurutNya. 

Oh gitu ya? Jadi nangis itu bentuk Dia mencintai kita? Iya... tentu saja. Mungkin kesannya cengeng ya, kalo kita ketemu orang yg dikit-dikit nangis. Aku pun demikian, hihi.... Baiklah, aku buka kartu saja ya. Akhir-akhir ini, aku merasa menjadi orang yg mudah banget baper. Dikecewain orang dikit rasanya hati udah campur aduk. Trus kalo lagi kangen sama seseorang juga gampang banget nangis, haha... 

Awal-awal ngerasain ada perubahan dalam diriku, aku merasa aneh. Kok rasanya aku sekarang tambah pinter ya “main drama”. Jadi super sensitif... Ngerasa tiba-tiba berubah menjadi wanita (dulu masih setengah wanita). Awalnya ngerasa diri ini nggak normal. Dulu kalo udah bilang “sabar, ikhlas” kayaknya semuanya udah oke-oke aja. Tapi tampaknya masih ada emosi-emosi yg belum terselesaikan. Trus akupun mencoba untuk mengajak emosi-emosi dalam diriku berbicara. Emosi sedih, emosi marah, emosi senang, emosi sebel.... semuanya diajak ngobrol satu per satu. 

Ternyata asyik juga mendengarkan celoteh para emosi. Pas emosi marah lagi muncul, rasanya pengen banting-banting sesuatu atau lempar botol ke orang yg bikin kesel. Pas emosi sedih muncul, misalnya pas kangen sama orang tapi nggak kesampaian, rasanya dunia ini kok sempit banget. Trus akhirnya cuma bisa ngelampiasin rasa sedih ke boneka-boneka yg setia menemani di kamar. Ngelus-ngelus boneka, peluk-peluk boneka, ketawa-ketawa sama boneka... (Haha... udah beneran gila nih karena penyakit malarindu). 

Tidak jarang aku pun protes sama Tuhan, kenapa harus dikasih penyakit galau di usia-usia sekarang ini? Kemudian Tuhan hanya menjawab santai, “Itu karena sudah waktunya kamu berumahtangga, nduk”. Hmm.... gitu ya? Sudah yuk, Tuhan. Kita ganti topik saja *ngeles. 

Di balik keluh kesah yg aku rasakan tentang, “kenapa harus aku yg mengalami”, ternyata kegalauan itu ada hikmahnya juga. Perkenalkan, aku adalah psikolog puskesmas (sepertinya sudah beberapa kali dibahas di note sebelumnya), yang tentu saja harus dihadapkan pada orang-orang yg “bermasalah.”

Pengalaman hampir setahun di puskesmas membuatku belajar hal baru : bahwa sesungguhnya hati itu sangat lembut. Dan yg memiliki hati lembut bukan cuma wanita lho... Pria pun banyak yg hatinya jadi sensitif ketika disakiti wanita, huks... 

So, kalo berpikiran pria lebih logis dan wanita lebih emosional, ternyata gak seratus persen bener. Aku yg sekarang hatinya jauh lebih sensitif jadi bisa memahami apa yang terpendam dalam lubuk hati wanita maupun pria. Ya, ini semua karena aku sering galau. Coba kalo aku gak pernah galau, hidupku fine-fine aja, mungkin aku akan menyepelekan apa yg dirasakan orang. “Mbak, kenapa ya penyakit perut dan sesak nafasku ini gak sembuh-sembuh?” “So what, emang apa urusan gue? Salah sendiri sensitif amat, apa-apa dipikir terlalu dalam.” Jangan-jangan aku langsung berkata demikian, kalo gak pernah galau dan resah gelisah. 

Beruntung, aku adalah salah satu bagian dari mereka yg menderita. Jadinya aku tahu bener gimana rasanya dicuekin, gimana rasanya dikecewain, sementara orang yg nyakitin gak ada rasa bersalahnya sama sekali. 

Kelihatannya tugas psikolog itu simple. Cuma ndengerin orang yg bermasalah curhat. Mereka cerita ngalor ngidul, nangis-nangis, ngomel-ngomel, sampe sejam lebih... Gampang banget kan kerjaan psikolog. Cuma ndengerin dengan setia, sambil sesekali angguk-anggukin kepala, pertanda kita ngerasain apa yg mereka rasain. But.... aku sendiri gak pernah nyangka, kalo kerjaan yg “simple” itu mengandung makna yg besar. Bayangin aja, gimana bisa orang yg masuk ke ruang psikologi dengan keluhan di tubuh yg bermacam-macam, setelah cerita panjang lebar trus tiba-tiba bisa sembuh sendiri? Trus tiba-tiba dia bilang, “Mbak.. ini badan saya udah lumayan enteng. Padahal tadi sebelum ke sini rasanya lemes, gemetar, keringatan.” 

Wow... ajaib ya... Begitulah Tuhan bekerja. Sering aku sebagai manusia ini nggak pernah paham gimana cara Dia bekerja. Dia dengan sesuka hati membuat psikolog minim jam terbang ini galau, bertahun-tahun dia galau, berhari-hari dia sering ngomong dengan dirinya sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Kemudian pagi harinya Dia mempertemukan dia dengan orang-orang “sakit dan bermasalah”. Kemudian Dia membuat frekuensi antara mereka sama, sehingga orang yang “sakit” tersebut semacam melihat cermin pada diri si psikolog. Selanjutnya cermin tersebut cuma diem mendengarkannya curhat dan tidak disangka-sangka cermin itu mengandung pantulan yg hangat menyembuhkan. Jadi siapa yg sebenarnya menyembuhkan? Tentu saja bukan psikolog. Tentu saja cermin yg dibuat sendiri oleh orang “sakit” itu. Psikolog hanyalah media, sedangkan kekuatan untuk sembuh munculnya dari energi yang tercipta dari rasa sedih, kesal, kecewa, marah, yang terlampiaskan keluar menjadi energi yg terbebaskan. 

Jadi sesungguhnya tiap orang yg “sakit” itu bisa sembuh sendiri? Tentu sajaa.... Kalo gitu buat apa dateng ke psikolog ya, kan bisa sembuh sendiri.. Eiits, di sinilah kodrat manusia sebagai makhluk sosial berjalan. Sebagaimana seorang dokter yg gak bisa nyuntik tangannya sendiri, atau dokter yg nggak bisa nyabut giginya sendiri, maka begitulah manusia “sakit” menyadari keterbatasannya. 

Manusia “sakit” dapat insight untuk datang ke tempat orang yg dia anggap bisa membuatnya “sembuh”. Itu karena dia sadar bahwa dirinya tidak bisa sembuh sendiri. Setelah ketemu psikolog, psikolog hanya memberi sedikit stimulus. Sedikit stimulus itu selanjutnya memberinya kekuatan untuk berani terbuka. Berani menceritakan hal-hal mulai dari yg “baik di muka umum” hingga “aib yg sebaiknya disimpan sendiri”.

Pertanyaan berikutnya : Bagaimana caranya sedikit stimulus bisa memberi efek yg besar bagi si sakit.” Tentu saja jawabannya simple : Psikolog itu hanya perlu belajar mengenali hati. Mengenali hati, sesuatu ilmu yg bisa dipelajari oleh siapa pun kan? Setiap orang bisa minimal sama atau melebihi peran psikolog jika sudah mengenali hatinya sendiri. Demikian pula sebaliknya, setiap psikolog bisa minimal sama atau melebihi sakitnya orang “sakit” jika tidak mengenali hatinya sendiri.

Selasa, 17 November 2015

Profil Pelayanan Psikologi di Puskesmas Mantrijeron



Mulai Januari 2015 hingga sekarang, Ima Santika Jayati, M.Psi.,Psi. bertugas sebagai psikolog di Puskesmas Mantrijeron. Adapun jenis pelayanan psikologi yang dilakukan terdiri dari konsultasi individual/keluarga serta promosi kesehatan mental masyarakat. Untuk konsultasi terbagi menjadi kasus tematik dan umum. Kasus tematik termasuk dalam paket layanan kesehatan yang harus dijalani pasien saat periksa di puskesmas, yakni konseling kehamilan (untuk pasien trimester pertama dan ketiga kehamilan) dan konseling bagi calon pengantin. 

Sementara itu, kasus umum merupakan kasus psikologi secara umum yang dialami pasien. Psikolog dapat menerima kasus rujukan dari unit lain, misalnya dokter, serta pasien atas permintaan sendiri (APS). Selama ini kasus rujukan dari dokter di Puskesmas Mantrijeron cukup banyak. Banyak pasien yang mengeluh sakit secara fisik, seperti mual, sakit kepala, pusing, jantung berdebar, dan tidak bisa tidur. Padahal hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja. Setelah diasesmen lebih lanjut, akhirnya dapat diketahui bahwa keluhan berasal dari permasalahan psikologis. Di sisi lain, jumlah pasien yang berkonsultasi dengan permintaan sendiri juga cukup banyak. Selama bertugas di puskesmas, psikolog telah menangani pasien dengan berbagai usia, mulai dari anak hingga lansia. Jenis kasus yang ditangani pun beragam, seperti  masalah pendidikan, keluarga, kecemasan, dan depresi.

Program promosi kesehatan mental masyarakat merupakan kegiatan pelayanan psikologi yang melibatkan peran serta masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan secara khusus oleh psikolog maupun melalui kerja sama dengan tenaga kesehatan lain di puskesmas seperti bidan, dokter, perawat, dan ahli gizi. Adapun program promosi kesehatan yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut: 

A.   SDIDTKA (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak) Siswa TK
SDIDTKA merupakan pemeriksaan tumbuh kembang anak meliputi kesehatan fisik, kemampuan motorik, bahasa, sosial, dan mental emosional anak.  Kegiatan ini dilakukan bagi siswa TK 2 kali setahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan, siswa TK yang memiliki permasalahan perkembangan kemudian dirujuk ke puskesmas agar dapat diperiksa lebih lanjut. Beberapa TK yang sudah pernah diperiksa oleh tim dari Puskesmas Mantrijeron diantaranya adalah TK ABA Suryowijayan, TK ABA Gedongkiwo, TK ABA Jogokaryan, TK Indriyasana, dan TK Batik PPBI.

Sayang fotonya blurr yak.... Tp wajahku masih kelihatan kn? hehe...

B.    Pembinaan Posyandu Balita dan Lansia
Kegiatan posyandu balita dan lansia dilaksanakan setiap bulan oleh warga Kecamatan Mantrijeron. Tim dari Puskesmas Mantrijeron bertugas untuk memonitoring jalannya pengukuran dan penimbangan yang dilakukan oleh kader terhadap warga. Untuk posyandu balita, selain pengukuran dan penimbangan juga dilakukan SDIDTKA. SDIDTKA untuk bayi (0-2 tahun) dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun, sedangkan untuk anak berusia 2-6 tahun dilakukan 2 kali setahun. Sementara itu, untuk posyandu lansia juga diberikan penyuluhan tentang kesehatan dari puskesmas. Psikolog ikut serta dengan memberikan informasi tentang keterkaitan antara kesehatan fisik dan psikologis pada lansia.

Hayoo tebak.. Aku yg sebelah mana???

C.   Penyuluhan bagi Orang Tua Siswa
Program ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh poli psikologi dengan sasaran orang tua siswa. Kegiatan yang pernah diadakan pada tahun ini yakni penyuluhan tentang dampak perkembangan teknologi bagi kesehatan mental anak dan seks edukasi. Peserta merupakan orang tua siswa dari beberapa SD di wilayah Mantrijeron, seperti SD Gedongkiwo, SD Suryodiningratan III, SD Minggiran, dan SD Kanisius Kumendaman.

D.   Family Gathering Pasien Gangguan Jiwa Psikotik
Program ini merupakan agenda rutin tahunan yang dilakukan oleh perawat jiwa. Psikolog ikut berperan serta dengan memberikan materi yang berkaitan dengan kesehatan mental dan penangganan  gangguan mental. Kegiatan ini ditujukan bagi pasien gangguan jiwa serta keluarga yang mendampinginya sebagai sarana untuk berbagi dan memberi dukungan.

E.    Desinfo (Deseminasi Informasi) Penyakit Tidak Menular
Pada kegiatan ini psikolog bekerja sama dengan perawat dan dokter untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit tidak menular yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya hipertensi. Psikolog menyampaikan materi tentang hubungan antara hipertensi dan permasalahan psikologis serta cara pengelolaan emosi.

F.    Pelatihan Konselor Sebaya
Kegiatan ini merupakan bentuk PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) yang dilakukan oleh puskesmas bekerja sama dengan SMP dan SMA di wilayah Mantrijeron. Salah satu sekolah yang pernah mendapat pelatihan adalah SMAN 7 Yogyakarta. Para konselor sebaya dari SMAN 7 menerima materi yang disampaikan oleh dokter dan bidan tentang kesehatan reproduksi remaja. Selanjutnya psikolog memberikan materi tentang perkembangan psikologis remaja serta teknik konseling secara sederhana.

G.   Pembekalan bagi Siswa Baru (MOS)
Dalam kegiatan ini puskesmas bekerjasama dengan SMP dan SMA di wilayah Mantrijeron untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi kesehatan remaja. Sekolah yang pernah dikunjungi diantaranya SMPN 13 Yogyakarta dan SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Psikolog memberikan penyuluhan tentang perkembangan masa remaja serta permasalahan yang biasanya dialami remaja. Hal ini diberikan sebagai bekal bagi siswa baru untuk menghadapi lingkungan yang baru di sekolah.

Rabu, 16 September 2015

Apa aku akan bisa tidur?



Heloo... ini adalah edisi aku yg gak bisa tidur dan bingung mau ngapain. Sedih gak sih? Aku gak bisa tidur, sementara besok harus kerja. Hmm, aku harap besok aku tidak menunjukkan hal tidak sopan dgn menguap di depan pasien. 

Ceritanya hari ini aku patah hati. Ya.. Kalo yg lihat tulisan yg aku bikin sekilas tadi siang, itu hanyalah pengantar rasa sakit hatiku. Aslinya, masih buanyaak sakit hati yg gunung es pun kalah besar.

Ya Allah, males banget sebenarnya harus mengakui hal ini.... Kenapa aku harus patah hati yaa?? Ini benar2 tidak sopan. Tapi mau marah sama siapa? Masak ya merengek-rengek sama Tuhan biar aku dibikin gembira dalam waktu sekejap? Paling2 Tuhan cuma melongok dengan heran, “Heloo, kamu siapa sih? Emangnya kalo kamu sekarang gembira kamu bakalan beriman sama aku? Dasar gadis bodoh.”

Eh, maaf ya Tuhan. Masak Tuhan ngomongnya ngaco begitu. Ini pasti karena pengaruh aku yg udah gak bisa mikir lurus, ditambah kondisi perut yg gak enak, ditambah gak bisa tidur, aaak lengkap sekali penderitaan ini.
Baiklah, pembaca (entah siapa yg mau baca tulisan geje begini), aku lanjutin lagi ya ceritanya.. Jaddiiii, aku seeddiiiihhhh bangeeeetttttt..... Kenapa oh kenapa orang yg aku suka harus suka dgn orang lain? Huhuuuuuuu.....

Padahal aku nyimpen perasaan ini udah 4 tahun lamanya..... Njuk rasane luoorooooo......
Iki piye yaaa??? Mau banting2 sesuatu tapi bingung apa yg mau dibanting. Masak banting laptop? Banting HP? Pengen banget banting hati deh kalo bisa. Tapi nanti biaya operasinya mahal? Gimana itu mbedah hati trus mengambilnya hidup2? Trus nanti siapa ya yg akan menemukan hatiku kalo udah terbuang usang di pinggir jalan begitu?

Aku lagi agak sebel dgn pepatah “time will heal”... Kapan itu jalannya? Berapa tahun lagi? Seribu tahun lagi ya??? Lalu aku akan menjadi perawan tua sampai seribu tahun ke depan? Oh Nooo...

Gak bisa mbayangin penderitaan ibuku yg udah nglahirin dan nggedein aku. Kalo nanti anaknya tidak menikah2 bisa2 aku dikutuk jadi batu. Hiii... ngerii ah.. kalo sampai itu terjadi. Tahu gitu aku gak usah dilahirin aja di muka bumi ya. 

Sudah, sudah, ibuku sayang tenanglah.. Anakmu ini hanya gila sebentar kok. Jadi biarkan dia berkatarsis ria di kertas elektronik ini ya. 

Awal denger kabar “ buruk” ini, aku sih biasa aja. Trus ternyata tubuh gak bisa boong. Beberapa saat kemudian, perut mual, lalu lari ke kamar mandi, eh ternyata keluarlah isi perut sedikit (muntah kali ya bahasa singkatnya). Habis itu sesengukan nangis di sela2 kesepian, setelah memastikan tidak ada lagi pasien yg curhat ke psikolog galau. Sampe kemudian ibu pegawai gizi masuk ke ruanganku. Aku yg saat itu lagi nutupin mata pake tisu spontan kaget dan bilang ke ibunya kalo aku lg ngantuk, makanya gak konsen dgn kedatangan beliau (bisa jadi berita hot ini kalo ketahuan psikolognya cengeng). 

Aku pun terus memaksakan diri untuk bisa fokus bekerja. Ngentri2 data, nulis HPP, nentuin diagnosis, dll hingga waktu pulang tiba. 

Okelah.. waktunya pulang.... tiba saatnya untuk ketemu temen. Siang tadi kami sudah janjian untuk ngambil kacamata baruku. Heii... lihatlah, ini efek kegalauan yg bertumpuk, akibatnya mataku makin kabur dan minusku bertambah, hahaha.... *ketawa dalam tangis. Aku sengaja milih optik yg terletak di Jakal, itu lumayan jauh lho kalo dr puskesku. Aku harus rela menembus kemacetan jalan di mana2, demi 1 niat mulia : menyelamatkan mataku dr kegalauan dunia. 

Sampailah kami di optik kecil yg dimaksud. Aku pun sudah mendapatkan kacamata baruku. Tapi beban ini tak tertahankan. Aku pun curhat sama temenku, bahwa aku patah hati. Eh, dia mikirnya aku bercanda. “Patah hati sama artis korea ya?” kata dia. Dipikirnya aku kayak teman kosnya yg patah hati krn ditinggal menikah artis korea. Ini lebih dari artis mbak... ini penjahaattttt, berandal cinta, ke mana2 kerjaannya nyuri2 hati orang. *rasanya pengen ngomong gitu di depan mbaknya, tapi ini kan gak sopan. Apalagi di depanku jg ada mas2 yg entah nunggu kacamata juga entah nunggu apa, tampak lagi bengong. Maaf ya mas kalo tadi denger curhat galauku dikit.

Lalu kami pun melanjutkan sesi konseling ke tempat makan, karena sadar bahwa optik kecil bukanlah tempat aman untuk curhat. Kemaren padahal baru dari situ, eh hari ini ke sana lagi. Biarin lah kalo mas2 dan mbak2 pegawai resto itu bosen lihat muka kami. Yak, aku pun curhat lagi. “Jadi gini mbak, blablabla.....” aku cerita panjang lebar gitu. Trus mbaknya cuma komen dikit dan bijak, “Iya Ima, saya tahu rasanya. Saya udah pernah melewati masa2 itu. Memangnya hubungan kalian sudah sejauh mana?”. “Ngg.... gak sampe mana2 jg sih mbak. Orang aku sama dia gak begitu kenal, ngobrol jg jarang2, tapi aku kan udah lama suka sama dia.” “Nah, itu bukan patah hati namanya. Dia kan gak tahu perasaan kamu. Selama ini kan kamu hanya membuat cerita sendiri.” Hikk... iya sih mb, itu kurang elegan kalo disebut patah hati. Trus apa dong? Waham cinta??? Huaa....

Baiklah... setelah sesi curhat tadi aku pun berjanji pada diri sendiri untuk lebih produktif lagi berkarya. Tidak mencemaskan hal2 yg belum jelas (masak ya aku udah mikirin aku bakal pingsan di pesta pernikahan mas itu dgn wanita lain, ya kali aku diundang, emang gue ini siapah?). Berusaha untuk fokus pada apa yg ada di depan mata. Kerja yg bermanfaat bagi masyarakat dan yakin akan bisa sembuh dari luka ini. 

Dan tetep aja, dlm perjalanan pulang menuju kos, aku nangis bombay di atas motor. Untung aku pake masker dan helm yg ada kacanya. Jd insya Allah orang2 di sekitarku tdk menyadari kecengenganku. Sampai di kos aku lanjutin lagi tuh curhat sama Tuhan. Hingga jam 9 tadi, niatnya pengen bobok, eh tetep aja nangis kepikiran. Ya ampun masnya yg di sanaa... bikin gemes ajaa... Kamu minta diapain sih biar bisa bikin aku berhenti nangis. 

Eh, pemirsa, ternyata mata saya udah mulai ngantuk nih. Efek dari minum susu dan bikin note. Kalo gitu aku coba buat tidur lagi yaa... Semoga hari esok lebih baik dan aku menemukan cinta yg lebih indah lagi. Bismillah.. Bismikallahuma ahya wa bismika amut..

Selasa, 15 September 2015

"Salah"



Aku telah “salah” menilai hidup....
Aku pikir cinta sejati itu ada....
Ternyata cinta sejati itu hanyalah antara aku dgn Dia.....
Aku hanya perlu mendewasakan hatiku