Kamis, 22 Agustus 2013

Bicara pada Tubuh Saya



Pada suatu ketika pada suatu tempat
Saya sedang ingin berbicara pada dia
Tentang kisah yang pernah kita jalin bersama
Bukan kisah romantis seperti yang tertulis dalam novel best seller
Maupun lagu melankolis yang dinyanyikan banyak orang

Ini tentang dia…..
Dear, yang termanis tubuh saya
Saya masih ingat, saat itu kau masih teramat mungil dalam genggaman bunda
Awal saya mengenalmu, kau tak terlalu istimewa
Hanya bisa menangis, hanya bisa merengek, kau tak pernah memberi manfaat apa-apa

Saya mengamati setiap perkembanganmu
Sejak kau mulai bisa membaca, sejak kau mulai bisa berpikir, saat kau merasakan cinta
Saat kau bertemu dengan teman-teman yang mendewasakanmu
Saat kau bertemu dengan guru-guru yang membijakkan langkahmu
Saat kau bertemu dengan Tuhan yang mendamaikan hatimu

Hai, kita sudah banyak belajar bukan?
Saya bukanlah siapa-siapa sebelum mengenalmu
Dan sekarang saya sudah menjadi lebih dari apa yang saya inginkan
Lebih dari apa yang bisa saya bayangkan

Kau terlalu spesial untuk tidak tidak diberi kata-kata indah
Tapi saya sungguh tidak tahu,
Tampaknya semua kata-kata saya tidak cukup untuk menggambarkan keindahanmu

Kau membuat saya hidup
Kau membuat saya bisa menyentuh dan merasakan dunia
Kau membuat saya menjadi manusia seutuhnya

Terkadang saya ingin bertanya,
Apa kau tidak capek menuruti segala keinginan saya?
Apa kau tidak capek berjalan mengikuti setiap peta yang saya buat?

Saya sering lupa bahwa kau adalah ciptaan teristimewa
Sering mengabaikan keluhanmu dan baru tersadar saat kau tergolek lemah
Saya sering lupa bahwa kau begitu cantik
Sering mengabaikan potensimu dan menyerahkan dirimu pada inferioritas
Saya sering lupa bahwa kau teramat suci
Sering mengabaikan kebaikanmu dan berpura-pura tuli saat kau ingin mendengar bisikan mesraNya

Maaf ya,
Saya pernah menyesal karena tidak melakukan yang terbaik untukmu
Tapi sekarang saya tidak akan menangis lagi
Saya bangga bersamamu
Kau telah mengajari saya banyak hal
Saya memang masih bodoh
Namun saya tidak akan memintamu untuk mengajari saya lagi

Cukup, ini semua sudah cukup
Kau telah menjalankan tugasmu dengan sangat baik
Selamat kembali menyatu dengan unsur alam ya
Suatu saat nanti saya akan menceritakan kisah kita pada Tuhan,
Tanpa ada yang tersisa




Mencintaimu,
Jiwa yang pernah menjadi satu denganmu

Minggu, 04 Agustus 2013

Jika Aku Bukan Muslim



Jika aku bukan muslim
Aku akan belajar untuk melihat Islam lebih dalam
Bukan karena aku memiliki niat untuk memeluk Islam
Aku hanya penasaran
Karena aku benar-benar tidak tahu apa itu Islam
Karena aku hanya mendengar Islam sebagai agama yang paling benar di mata pemeluknya
Dan juga…..
Karena aku hidup di negara yang mayoritas muslim

Aku akan bertanya, mengapa mereka harus beribadah lima kali sehari?
Bukankah itu melelahkan?
Bukankah itu mengganggu aktivitas dan pekerjaan mereka?

Aku akan bertanya, mengapa mereka harus berpuasa sebulan penuh?
Bukankah itu menyiksa diri?
Bukankah itu melemahkan dan membuat sakit?

Aku akan bertanya, mengapa para wanita muslim memakai pakaian panjang dan penutup rambut?
Bukankah itu membatasi kebebasan berekspresi?
Bukankah itu membuat mereka tidak fleksibel dalam berbagai hal?

Lalu, bagaimanakah mereka melihat Tuhan?
Apakah Tuhan yang aku yakini sama seperti yang mereka sembah?
Apakah Tuhan mereka bisa membuatku mencintai semua agama dan manusia?

“Aku memeluk Islam karena orang tua yang mengajarkanku…..
Lalu guru-guru di sekolah…….
Kenapa aku memeluk Islam?
Karena aku nggak mau ambil risiko aja
Aku nggak mau dianggap berbeda oleh orang-orang di sekelilingku
Bukankah menyenangkan ketika kamu dinilai ‘sama’ dan dicintai dengan ‘persamaan’ itu?”
Seorang teman mengatakan jawaban itu padaku

“Aku memeluk Islam karena ini adalah agama pertama yang aku kenal…….
Aku tidak pernah berpikir tentang agama selain ini
Aku sudah merasa nyaman sehingga tidak perlu bertanya-tanya pada orang lain
Kau tahu, apa yang paling penting dalam memeluk suatu agama?
Ketika kau merasakan kedamaian dalam hatimu”
Seorang teman lainnya mengatakan itu padaku

Aku hanya bergumam dengan suara yang tak bisa kurasakan sendiri
Aku belum puas dengan berbagai jawaban itu sebenarnya
Lalu jika aku belum puas, apakah aku akan terus tersesat dalam menemukan Tuhan?

Ya, aku tidak perlu memaksakan diriku untuk menjadi muslim sebagaimana mereka
Bahkan aku pun tidak perlu memilih suatu agama jika belum merasa penting
Aku hanya ingin menyadari bahwa Penciptaku ada, sebagaimana keberadaanku di dunia

Tapi saat aku kembali menyadari, aku adalah seorang muslim
Aku adalah muslim  meski aku tidak tahu segala cerita tentang Islam
Aku adalah muslim, begitu yang tertera dalam sebuah cermin
Aku adalah muslim, dan biarkan aku hidup tanpa penilaian dari siapapun