Adakah yang lain yang aku bicarakan
hari ini?
Bukankah agama adalah semua tindakan dan
semua renungan.
Dan bukan hanya tindakan maupun renungan ,
melainkan ketakjuban dan pesona yang muncul
dari dalam jiwa, bahkan ketika tangan membelah
batuan atau merajut tenunan.
Siapakah yang dapat memisahkan iman dari tindakan,
kepercayaan dari pekerjaan?
Siapa yang dapat menyebarkan jam-jam Dia di
hadapan-Nya dan berkata, “ini untuk Tuhan dan
ini untukku sendiri ; Ini untuk jiwaku dan ini
untuk tubuhku?”………
Kehidupan keseharianmu adalah kuilmu dan agamamu
Ketika kamu masuk kedalamnya , ikutkan seluruh diri
kamu bersamanya
Bukankah agama adalah semua tindakan dan
semua renungan.
Dan bukan hanya tindakan maupun renungan ,
melainkan ketakjuban dan pesona yang muncul
dari dalam jiwa, bahkan ketika tangan membelah
batuan atau merajut tenunan.
Siapakah yang dapat memisahkan iman dari tindakan,
kepercayaan dari pekerjaan?
Siapa yang dapat menyebarkan jam-jam Dia di
hadapan-Nya dan berkata, “ini untuk Tuhan dan
ini untukku sendiri ; Ini untuk jiwaku dan ini
untuk tubuhku?”………
Kehidupan keseharianmu adalah kuilmu dan agamamu
Ketika kamu masuk kedalamnya , ikutkan seluruh diri
kamu bersamanya
Ini adalah kutipan dari karyanya Om Kahlil
Gibran temans, yg judulnya The Prophet itu lhoo…
Hmm, saya cuma mau bahas dikit sih…
Singkatnya sih, hidup itu = Tuhan. Saya bingung gmn njelasinnya hehe… Itu
memang nggak buat dijelasin sih, cukup diresapi aja secara mendalam. Semakin
saya belajar agama, semakin saya tidak tahu temans, agama & Tuhan itu sbenarnya
kayak gimana. Hohoho…. Klo awal2 belajar agama dulu mungkin saya bisa dgn yakin
bilang,”Agama itu ya begini. Tuhan itu ya begini. Surga itu ya begini.” Tapi..
tapi…. Setelah semakin lama saya mencoba untuk berpikir, kok rasanya semakin
saya tidak bisa berpikir ya?
Saya akhirnya jadi tidak tahu,
sebesar apa Tuhan itu? Sebagus apa surga itu? Sebenar apa agama itu? Dan
menurut saya, itu adalah hal yg tdk perlu dicari jawabannya. Karena kalo
bertanya sama manusia sepandai atau sealim apapun, tetep aja itu bukan jawaban
pasti. Mereka hanya mencoba memberi jawaban secara “manusia”, bukan secara
“Tuhan”. Meskipun tdk bs dipungkiri, dalam diri setiap manusia pasti ada Tuhan.
Lalu, saya harus bagaimana ya?
Percaya pada jawaban manusia sbg “manusia” atau jawaban manusia sbg “petunjuk
Tuhan?” Itu jg saya tidak bs membedakan, hehe…. Selama ini saya hanya mencoba
memilih apa yg saya yakini. Keyakinan yg sangat mungkin salah dan sangat
mungkin benar.
Saya hanya memiliki sebuah bekal,
bahwa kebaikan itu bersifat universal. Jadi, ketika saya menjumpai sesuatu yg
membuat saya senang melihatnya, dan orang lain jg senang melihatnya, mungkin
itu yg dinamakan kebaikan.
Tuhan
ada dalam diri saya, anda, dan mereka
Mungkin ada yg pernah bilang,
“Kepentingan dunia dan akhirat itu harus seimbang”
Kalo mndengar perkataan sperti ini,
mungkin dulu saya cuma ngangguk2,”Oh ya, kepentingan akhirat itu ya sholat,
ngaji, sedekah. Trus kepentingan duniawi itu ya makan, sekolah, bersih2”.
Hmm, trus klo saya yg versi skarang,
smakin bingung mbedain antara kepentingan duniawi dan akhirat. Oke deh, klo
misalnya makan itu kepentingan duniawi, trus.. trus… coba lah pikir lagi. Saya
kan makan nasi tuh, nah berasnya dari mana? Nah padinya dari mana? Yang
numbuhin padi siapa? Tuhan kan? Yang bawa beras ke pasar siapa? Yang masak
beras jadi nasi siapa? Makhluk Tuhan kan?
Kalo begitu makan itu juga bernilai
akhirat dong ya? Karena dari sebutir nasi ternyata besar sekali nilai
spiritualismenya, hehe…
Trus gini juga. Misalnya saya
mendengar ada berita duka. “Innalillahi Wa ina illaihi roijun, telah meninggal
dunia bla bla bla. Semoga arwahnya diterima di sisiNya”
Ah ya, sampe di sini harusnya gak
ada pertanyaan ya. Tp dasar saya kurang kerjaan, saya malah bikin pertanyaan
baru. Bentar bentar, emangnya yang akan berada di tempat terdekat dgn Tuhan itu
cuma orang yg udah meninggal ya? Klo orang yg msih hidup gini jaraknya sama
Tuhan lbih jauh gt?
Lho bukannya Tuhan yg di akhirat dan
dunia tu sama saja? Katanya Tuhan itu satu? Berarti Tuhan yg di dunia jg
ngurusin akhirat scara bersamaan? Klo begitu ya nggak usah nunggu mati dulu lah
biar lbih dekat dgn Tuhan. Kan posisi orang yg masih hidup maupun sudah
meninggal sama, sama2 “dipegang” Tuhan.
Maaf temans, saya mulai menggila,
haha… Abaikan saja tulisan saya klo bikin gila.
Dgn demikian, Tuhan ada dlm setiap
diri kita kan? Tuhan bekerja dlm setiap
diri kita kan? Jadi tdk ada hal d dunia ini yg bersifat sepele. Tidur, mandi,
fesbukan, makan, belajar, nonton bola, dll, di situ semua ada Tuhan.
Ih gila, kok Tuhan keren banget!! Kok
bisa ya, manusia di dunia aja jumlahnya bnyak banget, karakternya nggak ada yg
sama, wajahnya nggak ada yg sama, kesibukannya jg nggak ada yg sama. Itu
serius, Tuhan ada dlm setiap diri mereka?
Hehe.. anda bertanya pd saya, saya
jg gak bs jawab. Slama ini saya cuma bisa terbengong2 dgn pertanyaan saya
sndiri yg coba saya cari sndri jawabannya. “Ya, Tuhan gitu loh! Kalo gak keren
ya bukan Tuhan namanya.”
Pd akhirnya saya smpai pd sebuah
pemikiran. Hmm… Kalo Tuhan aja satu, berarti seharusnya diantara manusia jg gak
ada perbedaan dong ya? Kepandaian milik bersama, kekayaan milik bersama,
kesejahteraan milik bersama, kebahagiaan milik bersama. Harusnya siih, surga jg
menjadi milik bersama, hehe…
Dan saya pun berpikir lagi. Hmm
surga ya? Surga ya? Mungkin surga itu baru akan terbentuk ketika…ketika semua
pemikiran dan hati manusia bersatu. Itu baru namanya surga. Kalo surga2 yg
digambarkan di kitab suci, itu mungkin “hanya” untuk memudahkan manusia dlam berpikir,
bahwa surga itu indah. Tp surga yg sebenarnya, bisa saja “beyond of that”. It’s
more than beautiful flowers, beautiful houses. Maybe, it’s a beautiful feeling
or happiness that you can’t describe.
Ini saya cuma berandai2 lho. Sangat
mungkin salah, sangat mungkin benar jg, hehe… Yaah, Life’s mystery, God’s
mystery, and I like to learn in a mystery…
Jngan bingung dgn tulisan saya
temans. Bagaimanapun tetaplah belajar tntang agama & Tuhan sbg pedoman.
Tetaplah belajar tntang ilmu & hidup….
Pilihlah sesuatu sbg keyakinan, tp sisakan ruang untuk “misteri”, sisi
non judgemental manusia yg sbenarnya adalah sisi judgemental milik Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar