Manusia menjadi kuat bukan hanya karena semakin berat
“penderitaan” yang dilalui, tetapi yang lebih penting adalah kemampuannya untuk
membaca “cerita di balik penderitannya”.
Tidak ada manusia yang diciptakan lebih bahagia atau lebih
menderita dibandingkan manusia lainnya. Tuhan menciptakan manusia secara
“sama”.
Seringkali manusia memandang kisah hidupnya sendiri dengan
“takaran yang tidak pas.” Memandang orang lain yang hidupnya “tampak bahagia” lalu
berkata, “Ah, hidup saya lebih menderita. Tentu, karena memang dia beruntung,
cantik/tampan, pintar, kaya.” Atau memandang orang lain yang hidupnya “tampak
menderita” lalu berkata, “Ah, hidup saya lebih bahagia. Kasihan sekali orang ini
yaa… Ya Tuhan, jangan sampai hidup saya seperti dia.”
Padahal…. Sangat mungkin bagi Dia untuk merubah kisah hidup
seseorang dengan seketika. Atau mencabut kisah hidup seseorang dengan seketika. Ya,
karena semua kisah hidup itu milik Dia. Manusia hanya “perantara”, hanya sebagai
bukti bahwa Tuhan bekerja dengan sempurna menjalankan ceritaNya.
Manusia bisa menjadi kuat, bisa menjadi dewasa & bijak,
itu tergantung kemampuannya sendiri untuk “membaca”. Baik membaca kisahnya
sendiri maupun orang lain. Ketika “membaca” sudah meresap dalam hatinya, maka
yang ada hanyalah “perasaan melebur”, tidak ada rasa kepemilikan atas kebahagiaan
atau penderitaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar