Kamis, 24 Januari 2013

Happy Birthday, Muhammad ^_^


Dear Muhammad. Kau pasti sangat tahu ini tanggal berapa. 12 Rabiul Awal. Ya, ini adalah hari kelahiranmu, sayang. 

Oh ya, apakah kau tahu aku ini siapa? Perkenalkan, aku Ima. Manusia yg hidup berabad-abad masa setelah kau wafat. Ya, aku hanyalah seseorang yg tidak pantas dikenal. Tidak seperti engkau yg begitu agung. Tidak seperti engkau yg begitu terpuji. Tidak seperti engkau yg begitu istimewa. Tidak seperti engkau, wahai Kekasih Tuhan.

Kita terpisah begitu jauh, dalam ruang dan waktu yg terbatas. Jauuuh sekali. Aku tidak tahu sekarang kau ada di mana. Apakah kau sedang bahagia dengan senyum abadimu? Apakah kau begitu damai dalam dekapan Tuhan? 

Jika itu yg engkau rasakan, fyuuh, sungguh, itu sesuatu yg membuatku iri. Kau tahu apa yg terjadi di dunia ini sekarang? Tampaknya aku tidak perlu lagi menanyakan ini padamu. Aku yakin, kau pasti melihat dengan sepenuh hati, bahwa manusia-manusia itu masih menyebut namamu. Ya, setidaknya itu yg aku amati dalam gerakan ibadah mereka, dalam sholat mereka. Apakah kau mendengar, manusia-manusia itu menyebutmu dalam syahadat? “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”

Ucapan yg begitu cantik kan? Kau tahu, Tuhan yg menghendaki demikian. Dia ingin engkau ada dalam setiap ibadah mereka, dalam setiap doa mereka. Agar manusia-manusia itu merasakan kedamaian. Agar manusia-manusia itu tidak hanya menganggap ibadah sebagai ritual untuk menyembah Tuhan. Oh, ya satu lagi. Dia tidak ingin manusia menganggap Tuhan sebagai Dzat yg tidak terjamah. 

Ah, kau pasti sudah pernah merasakan sendiri kan bagaimana rasanya dipeluk Tuhan? Jika ucapan syahadat tidak pernah ada, pasti hingga saat ini manusia akan terus mengira bahwa kedudukan Tuhan terlalu tinggi. Tuhan hanya ada di atas langit dan manusia ada di bumi. Tapii…. Kau yang menghilangkan semua batas itu. Kau mampu meyakinkan dunia bahwa Tuhan mampu berinteraksi dengan manusia. Kau mampu meyakinkan dunia bahwa kasih Tuhan tak terbatas. Kau mampu meyakinkan dunia bahwa Tuhan tidak mengenal perbedaan dalam setiap jiwa. 

Aku memang tidak pernah bertemu denganmu secara langsung. Aku hanya tahu tentangmu dari mereka, yg mengajarkanku tentang Islam. Aku hanya tahu kau dari buku-buku yang aku baca. Dan aku hanya tahu kau dari kitab suci yg (harus) aku baca sebagai penganut Islam. 

Aku tidak tahu, kenapa dulu aku memilih Islam sebagai agamaku. Aku hanya mengikuti apa yg dilakukan oleh lingkungan di sekitarku. Dan aku tidak perlu bertanya lagi apa alasannya, karena aku memang tidak butuh untuk mencari alasan. Aku hanya merasa…..saat itu Tuhan yg mendekapku dalam jiwa masa kecilku. Dia yg mendekapku untuk belajar Islam. Ya, aku beruntung karena Tuhan menuntunku dalam Islam, dan aku bangga atas itu. 

Dan lalu aku pun menyadari, bahwa Tuhan memiliki cara yg berbeda-beda untuk memeluk manusia. Aku melihat teman-temanku “dipeluk” Tuhan dengan cara yang lain, yang juga demikian indah. Teman-temanku dipeluk Tuhan untuk menyebut namaNya dengan cara berbeda. Tidak ada yg salah dengan itu. Mungkin teman-temanku tidak memiliki kesempatan untuk menyebut namamu dalam ibadah mereka, sebagaimana aku. Tapi aku tahu, mereka juga memiliki orang-orang suci, sebagaimana engkau. Hei, apakah kau sudah pernah bertemu dengan orang-orang suci lainnya yg mereka agungkan? Bagaimana kesan-kesanmu terhadap mereka? Hmm, aku dapat merasakan kedamaian itu, Muhammad. Aku yakin, kau pasti juga berteman baik dengan mereka yg tidak sepaham denganmu kan? Kau yg selalu mengajarkan kepada umatmu untuk menghargai yang lain, dalam keyakinan apapun, dalam pendapat apapun, dalam prinsip hidup apapun. 

Kau telah berusaha sangat keras, Muhammad. Kau berjuang seumur hidupmu demi kesatuan umatmu. Demi cinta kasih yang tidak terbatas. Hmm, kalau aku hidup di zamanmu, aku tidak yakin apakah aku mampu bertahan. Aku tidak yakin apakah aku berani untuk melangkah di sampingmu. Aku tidak yakin apakah aku sanggup menerima semua hujatan yang ditujukan padamu. Aku tidak yakin apakah aku sanggup menerima semua luka yang dilemparkan oleh orang-orang yg membencimu. Ya, mungkin saat itu aku akan memilih untuk bunuh diri saja. 

Muhammad, aku tahu apa yg kau perjuangkan begituuu beraat. Aku tahu pasti sudah tak terhitung air mata, keringat, dan sakit yg kau rasakan. Kau sebenarnya berhak untuk marah, kau berhak untuk menyerang balik siapa pun yg menyerangmu. Tapi ternyata tidaak… Ternyata tidak….. Sebuah keputusan yg mencengangkan. Kau memilih untuk pergi, meninggalkan semua benci, dan menyendiri. Untuk mengenal Tuhan secara penuh, untuk berdialog dengannya tanpa jarak. Ya, di Gua Hira, tempat dimana cintamu terhadap Tuhan bersemi dengan begitu indah. 

Mungkin saat itu orang-orang menganggapmu gila. Mereka menganggapmu tidak waras karena kau menyampaikan keberadaan Tuhan. Tapi kau tetap percaya diri dalam diammu. Kau begitu yakin bahwa Tuhan adalah kekuatan terbesarmu. Dan kau rela, menjauhkan diri dari semua kebahagiaan dunia. 

Kau telah sangat sabar menanti. Mungkin saat itu hatimu sendiri bertanya,”Muhammad, apa yg kau cari dari perenungan ini? Apa yg akan kau peroleh dengan keteguhan untuk bersama Tuhan?” Mungkin saat itu ada bisikan untuk goyah, untuk berhenti dari keterasingan dan bersikap “normal” saja sebagaimana manusia lainnya. 

Tapi ternyata tidak..Ternyata tidak…. Kau memilih untuk terus bersama Tuhan, kau terus memilih untuk tenggelam dalam lautan cintaNya. Dan penantianmu berbuah manis, sayang. Kau masih ingat kan, saat utusan Tuhan benar-benar datang di hadapanmu dan menyampaikan surat cintaNya untukmu? Yuk, mari kita baca bersama,”Iqra bismirabbikalladzi khalaq”…….. “Bacalah dengan (menyebut) nama  TuhanMu yang menciptakan.”

Muhammad, aku turut merasakan, betapa surat dariNya begitu agung. Aku yg tidak hadir menyaksikan langsung kejadian itu saja bergetar. Apalagi engkau, dear…… Apalagi engkau……  Seharusnya kau bangga mendengar surat itu. Seharusnya kau berhak sombong karena penantianmu akhirnya benar-benar terbukti. Seharusnya kau berkata,”Tuh kan. Dasar orang-orang, dibilangin nggak percaya. Tuhan itu bener-bener ada. Nih lho, aku mendengar langsung Dia berbicara. Kalian harus tahu siapa aku, satu-satunya orang yang pernah diajak Tuhan berbicara.”

Tapi ternyata tidak….Ternyata tidak….Kau malah dengan kerendahhatian yg begitu besar berkata,“Aku bukanlah orang yang pandai membaca!.“ Kau bahkan sempat menghindar, tidak percaya bahwa kau adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjalankan misi agung. Kau bahkan sempat mengelak, merasa bodoh, dan merasa tidak percaya diri untuk menjadi wakil Tuhan di dunia. 

Padahal di mataku kau sangat pantas, dear. Sangat pantas untuk mendapat semua keagunganNya. Kau adalah manusia luar biasa….  Sungguh, aku tak pernah mengira bahwa  orang seistimewa dirimu ternyata bisa merasa tidak percaya diri. Ya, sekarang aku paham. Siapakah orang  yg tidak merasa takut dengan perjumpaan sejatinya dengan Tuhan? Kau pun pasti juga demikian ketika itu. Ketika ucapan “Allahu Akbar” bukan sekedar ucapan. Tapi “Allahu Akbar” adalah nyata, karena kau benar-benar menyaksikan sendiri “kebesaran” Tuhan. Bahkan utusan Tuhan itu, yg aku dengar bernama Jibril, harus meyakinkanmu sebanyak tiga kali, agar kau mau mengikutinya membaca surat Tuhan secara lengkap. 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. ~(Al-Alaq (96): 1-5)~

Ya, kau berhasil Muhammad. Kau berhasil mengucapkannya dengan lengkap. Kau berhasil melawan semua rasa takutmu. Kau berhasil membuktikan kepada semesta bahwa kau adalah pembawa pesan Tuhan. Kau berhasil mengatasi ketakutanmu, karena kau peduli dengan umat, karena kau peduli dengan kesejahteraan mereka, karena kau ingin membawa mereka pada kondisi yang lebih baik. Karena kau ingin mendedikasikan hidupmu untuk semesta. Karena kau ingin manusia menemukan cinta hakikinya: Tuhan. 

Dan langkah awal ini kemudian membawamu pada langkah besar lainnya. Sudah tak terhitung, Muhammad, berapa banyak kisah-kisahmu diabadikan, berapa banyak tindakanmu dibicarakan orang, berapa banyak perkataanmu dikutip dalam tulisan. Sudah tak terhitung, Muhammad, berapa orang yang mengagumimu, berapa orang yg menjadikanmu sebagai teladan menuju perbaikan, berapa orang yg menjadikanmu motivator di kala jatuh. 

Karena cintamu begitu tulus, karena kau selalu memberi bagian yg “sama” pada setiap manusia.

Dear Muhammad, lalu siapakah orang yg kemudian tidak mencintaimu, jika kau begitu indah?

Sekali lagi, selamat ulang tahun yaa! Semoga jiwamu akan senantiasa hidup dalam hati manusia, dalam generasi manapun, dalam wilayah manapun. Amien. Allahuma sholli ala sayyidina Muhammad ^^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar