Apa kabar bumi?
Apakah kau masih tetap hijau?
Apakah kau masih bisa tersenyum?
Mana suaramu?
Terdengar sangat lemah….
Sungguh, aku tidak ingin melihat kau
sakit
Katakan padaku, siapa yang membuatmu
meredup?
Dan di sudut bebatuan itu tergeletak seongok benda berwarna hitam
Mengumpul menjadi satu, bertumpuk……
Mungkin sudah sejak lama mereka berdiam
di situ
Sejak kemarinkah? Seminggukah?
Sebulankah?
Oh tidak, lama sekali kawan.
Sejak seribu tahun yang lalu….
Siapa gerombolan hitam itu?
Tampangnya menyeramkan
Apakah bumiku takut karena keberadaan
mereka?
Yah, mereka memang tidak membawa senjata
Namun mereka menyakiti
Tidak melakukan apa-apa
Hanya menunjukkan taringnya
Terlalu lama mereka berdiam
Mendekap erat bumi
Hingga bumi kehabisan nafas, tercekik
Gerombolan hitam yang menamakan dirinya
sebagai “plastik”
Berpindah-pindah tempat, ke sana dan
kemari
Dan mereka pun terkurung, terpenjara
Tampak benar mereka ingin lepas
Namun tak memiliki kuasa
Lalu siapa yang mengizinkan kehadiran
mereka di muka bumi?
Mereka menjawab, “Manusia-manusia itu”
Manusia yang sedang hidup dan
beraktivitas
Manusia yang tiba-tiba menjadi sangat
terinspirasi dengan kata “konsumsi”
Ya, dan mereka memang diciptakan untuk
menemani gaya hidup manusia
modern
Bumi menderita dan merana dalam desahnya
Meraung dengan keras, namun tak ada yang
mendengar
Melukiskan luka, namun tak ada yang
melihat
Kita semua sedang terlalu sibuk
Hingga kita tidak tahu untuk siapa
kesibukan itu benar-benar bertujuan
Kita semua sedang terlalu lelap
Hingga kita tidak tahu sudah berapa lama
mengistirahatkan mata dan telinga
Di antara sibuk dan lelap, mari kita coba
untuk mencari jeda
Menghidupkan waktu dengan menyalakan
pikiran
Mengisi detik dengan menajamkan hati
Dalam tenang, kita akan menjadi benar
dalam menentukan langkah
Dan kita pun tahu, telah tiba waktunya
untuk berbenah
Mungkin kini saatnya untuk minta maaf
kepada bumi
Merendahkan diri, berjabat tangan
dengannya seraya berkata,
“Tenanglah bumi, aku akan menjadi penyelamat
bagimu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar