Rabu, 25 April 2012

Dengan Menyebut Nama Indonesia


Di sebuah zaman aku berdiri
Melihat sekeliling
Apakah bendera negaraku masih berkibar?
Apakah lagu kebangsaanku masih diperdengarkan?

Masih...
Bendera masih tetap berkibar
Walau telah terlihat usang termakan zaman
Walau dengan bentuk tak karuan karena terpaan topan

Masih...
Lagu kebangsaan tetap terdengar
Walau di telingaku kadang sumbang tak berirama
Walau diucapkan dengan lirik tanpa wibawa

Di sebuah zaman aku terdiam
Berpikir dalam keheningan
Apakah benar perang telah berhenti?
Apakah benar damai telah bersemi?

Perang ada di sini
Di sebuah tempat tersembunyi
Bersemayam dalam kedengkian hati
Merajai tiap langkah mereka yang mendengungkan hak asasi
Hingga tampak sebagai keadilan yang tak pernah terbukti

Damai ada di sini
Di sebuah tempat berlantai toleransi
Namun ia ternodai sampah-sampah diskriminasi
Lidi-lidi kesatuan pun tak mampu membersihkan hingga suci

Lalu di manakah aku berada?
Di antara perang dan damai jawabnya
Ketika kata “merdeka” tak lagi menjadi barang berharga
Saat darah & nyawa dinilai terlalu mahal untuk menjadi legenda

Aku merindukan surga
Sebuah tempat teraman
Agar aku mampu melihat
Setiap tangan bergandengan dengan mesra
Agar aku mampu bertemu Tuhan
Untuk bertanya dari apakah amarah terbuat?

Sayup-sayup suara itu terdengar kembali
Dari balik jendela berlubang bekas peluru dia berkata,
Untuk sebuah mimpi yang tak pernah mati aku berjuang
Untuk sebuah tujuan yang tak pernah lekang aku berkorban
Dan lihatlah, senyumku abadi

Ah, dia terlalu baik
Masih bisa tersenyum meski sebenarnya terkhianati

Di sini... saat ini...
Mungkin aku hanyalah aku
Salah satu dari jutaan manusia yang mendapat warisan masa lampau
Aku ingin selalu menyimpan warisan itu di sudut hati
Dalam sebuah doa,
Dengan menyebut nama Indonesia


Jogja, 2 Juni 2011
(coretan iseng part II ISJ, dgn bantuan inspirasi dr NYW :D)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar