Tak pernah terbayangkan sedikitpun dalam
benakku sebelumnya untuk menjadi “aktivis” Facebook.
Sejumlah invitation dari teman-teman yang
datang mengunjungi emailku pun aku abaikan begitu saja. Aku tak mengerti (dan
tak tertarik) dengan Facebook: sebuah
aplikasi dunia maya untuk terhubung dengan teman-teman. Yah, itu saja yang aku
tahu dari Facebook. Aku pikir, apa pentingnya aplikasi yang seperti ini? Apa
menariknya terhubung di dunia maya? Bukankah bertemu dan mengobrol secara
langsung dengan teman-teman itu lebih efektif? Kalaupun toh tidak bisa
mengobrol langsung, sekarang kan sudah ada handphone,
alat komunikasi yang sudah lazim dimiliki massa.
Meskipun demikian,
ternyata aku penasaran juga, hehe…. Apalagi ketika beberapa teman dekatku
bilang bahwa Facebook (FB) itu asyik
banget. Akhirnya aku coba deh untuk sign
up. Sekilas sih memang tampak seperti Friendster
ya? Aplikasi pertemanan yang cukup populer ketika aku ABG, jaman-jaman SMA
gitu deh. Ya, sekali lagi aku berhasil menegaskan diriku bahwa FB itu biasa
aja. Alhasil, setelah sign up, aku
tak pernah tertarik lagi untuk menyentuhnya.
Pandanganku terhadap FB
berubah setelah aku mulai kepikiran skripsi. Wow…. Entahlah, waktu itu aku
berpikir bahwa yang namanya skripsi itu harus bombastis. Aku nggak mau ngambil
tema skripsi yang biasa-biasa aja. Dan menurutku, tema yang keren pada waktu
itu adalah INDIGO. Yang terbayang dalam benakku ketika mendengar kata “Indigo”
adalah sosok orang yang sakti, punya indera keenam, dan bisa melihat hal-hal
aneh seperti hantu, masa depan, serta benda-benda yang berjarak jauh. Pasti
keren nih, kalau aku bisa bertemu langsung dengan orang seperti itu.
Syukur-syukur kalau bisa dijadikan teman satu geng oleh mereka, haha… Bisa
ketularan sakti nih.
Waktu itu tahun 2009,
aku masih menempuh kuliah di semester V. Semester yang cukup awal untuk
memikirkan skripsi, karena kebanyakan teman kuliahku baru memikirkannya saat
semester VII atau VIII. Aku seakan terdorong oleh keinginan yang luar biasa
untuk berburu indigo. Tapi..tapi…. gimana cara nyarinya ya? Dunia maya…. Ya,
sebuah dunia yang membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin saat ini.
Dunia yang lebih dari seorang dukun. Sekali tekan Google langsung terbuka semua informasi dari berbagai belahan bumi.
Hoho.. ya, simple sekali ya cara
mengatasi masalah hidup sekarang. Oke, aku pun mulai menghabiskan waktu
berlama-lama di depan layar komputer, mulai merelakan sebagian uang saku untuk
biaya ke warnet (karena belum punya modem), mulai tega mempekerjakan mata untuk
membaca banyak artikel tentang indigo.
Hmm, itu saja belum
cukup. Bagaimananapun, aku bertekad untuk bisa berkenalan dengan orang yang
benar-benar indigo. Maka, semakin lama aku menjadi semakin hanyut dalam dunia
maya. Terus…terus….dan terus menelusuri internet. Akhirnya sampailah aku pada
sebuah forum indigo. Hiii… forum apaan ini yah? Aku pun mulai mengakrabkan diri
dengan tema-tema aneh yang mereka bahas. Pengalaman reinkarnasi, keluar dari
tubuh (yang kemudian aku tahu istilahnya sebagai Out of Body Experience), peristiwa masa depan, interaksi dengan
alam ghaib, dan tema-tema lainnya yang membuat dahiku berkerut. Eh, ternyata
beneran ada ya orang yang mengalami hal-hal seperti ini? Aku pikir cuma teori.
Lalu di antara orang-orang tersebut, aku berusaha menyeleksi orang-orang yang
bisa kuhubungi. Yang ceritanya paling aneh? Hehe… pengennya sih begitu, tapi
penyeleksianku aku dasarkan pada siapa yang mencantumkan contact person. Sayangnya dari sekian banyak orang yang aku jumpai,
hanya sedikit saja yang mencantumkannya, itu pun alamat email atau FB, bukan
nomer HP.
Eeh, FB? Rasanya kok seperti de javu ya? Seperti kisah lama yang
bersemi kembali. Jadi… dengan demikian aku harus mengaktifkan FBku kembali ya,
sebagai syarat untuk bisa leluasa mengobrol dengan orang indigo? Ah ya,
baiklah. Aku nggak boleh setengah-setengah. Dengan kemampuan menggunakan FB
yang masih terbatas, aku pun mulai menge-add
orang-orang indigo tersebut. Confirmation
done! Akhirnya mulailah aku berinteraksi dengan teman-teman baruku. Yeaah,
aku punya temen FB, hehe…
Dengan sikap sok kenal
sok dekat (asli, sikap yang seperti ini sangat sulit kutunjukkan di dunia
nyata), aku pun memberanikan diri untuk mengobrol dengan orang-orang tersebut
dengan bahasa kurang lebih begini: “Hai, salam kenal. Kamu indigo ya? Gimana
rasanya jadi indigo? Boleh dong berbagi cerita sama saya”. Sebelum menulis
seperti itu, aku pun harap-harap cemas. Aduuh, gimana ya kalau si orang sakti
itu ntar tersinggung dengan perkataanku? Gimana ya kalau orang itu menganggap
aku ini orang bodoh yang gak berhak mengenal mereka lebih jauh? Ternyata
kekhawatiranku ini tidak terbukti. Kebanyakan dari mereka begitu welcome. Mereka mau-mau aja mengobrol
denganku dan menceritakan masalahnya sehari-hari.
Yaa meskipun lagi-lagi
persoalan mereka masih terkesan “dunia lain” bagiku. Bayangkan aja, masak ada
seorang temanku yang baru pertama kenal udah message begini,”I knew you.
I’ve seen your eyes in some place before”. Heh? Apa-apaan ini? Masnya
ngelindur kali. Siapa dia, siapa saya? Jujur, nih pernyataan bikin aku agak
merinding. Hii, belum apa-apa udah ketahuan dia saktinya.
Ada pula kisah seorang
teman cewekku yang mengatakan bahwa dirinya adalah puteri Belanda yang pernah
hidup 800 tahun yang lalu!! Dia curhat kalau waktu itu dia bunuh diri dengan
cara terjun ke jurang gara-gara nggak mau dijodohin oleh orang tuanya. Jadi
ceritanya dia sekarang reinkarnasi gitu deh, tapi sekarang dia dan keluarganya
jadi orang Indonesia. Mau percaya gimana, mau nggak percaya juga gimana, serba
salah nih. Apalagi dia curhat kalau di masa sekarang orang tuanya (yang tentu
saja sudah berganti tubuh fisik dan bukan orang tua kandungnya sekarang) mau
melanjutkan perjodohannya di masa lalu. Dia bingung antara mau kabur lagi atau
menyerah saja pada pasangan yang telah dipilihkan orang tuanya. Hmm, ada gitu
ya orang Belanda yang di era modern malah milih menjadi orang Indonesia? Ini nggak
ada hubungannya dengan rencana mau menjajah Indonesia lagi kan? Oke, oke,
abaikan semua keanehan (seraya menghela nafas). Perjuangan mengerjakan skripsi
bagaimanapun harus ditegakkan. Hohoho…..
Salah satu temen FB ku
yang indigo kemudian mengajakku untuk membuat grup indigo di FB. Akhirnya
terbentuklah suatu grup yang bernama: INDIGO COMMUNITY (IC). Karena masih baru
terbentuk, maka anggotanya ya cuma aku dan dia. Hehe.. sepi sekali ya? Lalu aku
pun menelusuri lagi teman-temanku di forum yang belum aku add di FB. Satu-per satu aku add
dan ajak bergabung ke grup. Tapi kok jumlah anggota grupnya masih sedikit juga
ya? Belum genap sepuluh orang. Tampaknya aku perlu mencoba cara lain untuk
menambah teman. Aku pun masuk ke dalam blog orang-orang yang pernah membuat
tulisan (atau pengakuan diri) tentang indigo. Dengan gaya sok kenal sok dekat
juga aku mengobrol dengan mereka lalu mengajak mereka untuk bergabung dalam
grup indigo.
Akhirnya anggotanya
lumayan banyak, sekitar dua puluhan orang laah. Temenku yang ngajak gabung tadi
tuh, sebut saja namanya AD mengangkatku menjadi admin grup bersama seorang teman yang sebut saja namanya AC. Wew,
admin? Huhu… saya jadi terharu nih. Awalnya kan aku cuma pengen berkenalan
dengan mereka aja. Eh, tahu-tahu malah diangkat sebagai pengurus grup, yang
dengan demikian berarti dianggap sebagai pengasuh bagi para indigo. Kami pun
membuat sebuah agenda seru. Diskusi online
melalui Yahoo Messenger yang
dilakukan tiap malem minggu, acara yang tentunya sangat mengisi waktu luang
bagi yang jomblo seperti saya, hehe.. Dari obrolan berbagai hal aku pun
akhirnya tahu bahwa yang namanya indigo itu tetap aja manusia. Mereka juga
punya masalah sebagaimana manusia normal, terlepas dari “kesaktian” yang mereka
miliki. Ternyata kemampuan metafisika yang mereka miliki seringkali membawa
penderitaan bagi mereka sendiri. Di masa kecil (beberapa hingga dewasa), mereka
sering dianggap sebagai orang yang aneh oleh lingkungan sekitar. Bahkan orang
tua mereka pun ada yang tidak percaya dengan cerita-cerita mereka tentang hal
ghaib atau mimpi yang menjadi kenyataan. Perasaan sedih, tertolak, terasing,
dan bingung bercampur jadi satu. Aku pun melihat beberapa ketidaksetujuan
mereka terhadap Tuhan, karena telah memberikan kekuatan tersebut pada diri
mereka.
Waah, kompleks sekali
ya! Kalau begitu aku batalkan saja keinginanku untuk ikutan menjadi sakti
seperti mereka. Lebih enak hidup sebagai manusia biasa seperti ini. Entah apa
yang membuatku merasa nyaman mengobrol dengan mereka. Padahal kalau dilihat
dari segi kesaktian jelas berbeda kan? Hehe… Mungkin karena kita sama-sama
sedang mencari jati diri ya? Kita sama-sama suka ngomongin tentang hidup,
tentang filosofi, tentang mengapa manusia diciptakan, tentang mengapa manusia
berbeda satu sama lain. Yaah, hal-hal yang membuatku semakin kaya akan
pemikiran lah. Semakin lama mengobrol dengan mereka, aku semakin menemukan
perubahan dalam diriku. Kalau kata teman-temanku di dunia nyata sih, aku jadi
lebih filosofis, hahaha…. Bukan filosofis sih, lebih tepatnya mungkin aku jadi
suka mempertanyakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan.
Misalnya, Tuhan itu siapa, agama itu apa, apakah ada agama yang paling benar?
Mungkin jadi sedikit liberal sih, tapi insya Allah liberal yang masih terarah
kok. Masih solat juga, masih melaksanakan kewajiban agama juga. Cuma bedanya
mungkin pandanganku jadi lebih terbuka, lebih toleran terhadap paham &
keyakinan lain.
FB mengajariku banyak
hal. Aku pun menjadi semangat untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman
lamaku. Itu setelah aku menyadari betapa asyiknya mengobrol dengan banyak teman
tanpa terbatasi ruang. Tanpa terasa teman-teman di FBku terus bertambah dari
hari ke hari. Ini menunjukkan bahwa tingkat eksistensiku di dunia FB terus
terjaga. Semakin di-amat-amati ternyata FB menarik juga. Bukan cuma orang nulis
status terus dikomen, tapi juga bisa kirim-kirim foto, bisa tahu hari ulang
tahun dan data temen, bisa main game,
bisa berbagi kisah inspiratif, dan hal-hal menarik lainnya.
Sebagai admin grup IC,
aku memang dituntut untuk selalu update terhadap
perkembangan grup dan anggota-anggotanya. Otomatis, tiap hari aku selalu
menyempatkan diri untuk membuka FB. Apalagi jumlah orang yang tertarik untuk
masuk grup itu tidak sedikit. Hampir setiap hari ada yang me-request untuk menjadi anggota grup dan
tugasku adalah meng-confirm mereka
dengan pertimbangan terlebih dahulu. Ya berdasarkan feeling aja sih, kalau ada yang menurut perasaanku tuh orang bukan
orang yang baik ya nggak akan aku confirm
(dasar yang sebenarnya kurang ilmiah untuk menghakimi orang, hanya berdasar
feeling, wah..wah..). Hingga kini
jumlah anggota IC telah mencapai 1600 orang. Banyak ya? Kalau di dunia nyata
nggak kebayang deh gimana rasanya ngurusin organisasi dengan anggota sebanyak
itu? Berhubung ini dunia maya, jumlah segitu jadinya biasa aja. Jumlah temanku
di FB aja juga hampir segitu kok, meski kayaknya lebih banyak yang nggak aku kenal
atau nggak pernah ketemu langsung, hehe…
Pembicaraan dengan teman-teman
indigoku tidak hanya berkutat di dunia tak tampak. Kami pun memutuskan untuk
saling melihat wajah secara nyata, bahasa kerennya kopi darat. Lalu dibuatlah
agenda-agenda gathering. Karena kita
semua tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Maka tidak mungkin untuk
mengumpulkan semuanya dalam satu lokasi. Akhirnya dibuatlah perwakilan di
beberapa kota besar seperti, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Padang,
dan Makasar. Aku yang sedang numpang tinggal di Yogyakarta pun biasanya
berkumpul dengan teman-teman indigo di pasar pagi UGM yang populer dengan
sebutan Sunday Morning. Kita
ngobrolin tentang banyak hal, tapi yang nggak boleh ketinggalan tetep aja ya
tema mistis. Kita mengemas tema mistis dengan cara fun kok, misalnya kenapa ya kuntilanak kok bisa cantik? Bagaimana
kalau kuntilanak diajak ikut pengajian aja? Hehe…. Dari obrolah-obrolan aneh
ini kita justru semakin dekat. Kita jadi sering main bareng, nggak cuma pas gathering rutin, tapi juga iseng jalan-jalan
ke tempat-tempat menarik kayak mal, kafe, pantai, dan lain-lain.
Dari sekian orang
teman-teman unikku, akhirnya aku berhasil mengajak dua orang untuk menjadi
subjek skripsiku. Itu setelah melalui perjalanan panjang lho. Awalnya sih aku
sangat berniat untuk mencari subjek indigo yang anak-anak. Eh setelah
putar-putar ke Bandung dan Jakarta sampai kepala ikut berputar (baca: pusing), ternyata
aku tak mendapatkan subjek dengan kriteria yang aku inginkan. Akhirnya dengan
(sedikit) putus asa aku kembali ke Jogja dan menghubungi dosen pembimbing
skripsiku. Bapak dosen sepertinya mulai iba melihat wajahku yang penuh
kebingungan hingga beliau pun berkata,”Ya sudah, sekarang kamu cari subjek lagi
aja seadanya. Usianya terserah sih, yang penting indigo kan?” Iya pak,
siap…siap… Aku pun mulai melirik dan memeriksa, adakah di antara teman-temanku
yang pantas aku jadikan sebagai subjek? Ya, setelah melalui seleksi cukup
ketat, akhirnya hanya ada dua orang yang aku anggap benar-benar sesuai
kriteriaku. Oke deh, aku pun mulai melakukan serangkaian proses pengambilan
data serta analisis yang menyenangkan (sekaligus melelahkan). Sekilas skripsiku
yang sudah jadi tampak seperti novel yang “berbobot” (karena kalau dihitung
total plus lampiran jadi setebal 380 halaman). Puas sih melihat hasil kerja
kerasku ini. Apalagi kalau mengingat kembali perjalananku dalam berburu
orang-orang indigo (yang awalnya kusebut dengan “orang sakti”).
Meskipun pada
kenyataannya aku tidak berhasil lulus sesuai target (mundur satu tahun dari target),
aku tetap bahagia karena aku merasa mendapatkan lebih dari apa yang aku cari.
Aku tidak hanya mendapatkan informasi tentang apa itu indigo. Aku pun merasa
kepribadianku menjadi semakin matang, sesuai sekali dengan judul skripsiku:
Kepribadian Matang pada Indigo Dewasa Awal. Hmm, pokoknya aku merasa memiliki
pola pemikiran yang mirip dengan mereka. Aku mengadopsi pemikiran mereka yang
nggak mudah menghakimi orang lain, melihat Tuhan sebagai kesatuan dari semua
alam, serta penghargaan yang tinggi terhadap makna kehidupan. Aku jadi mulai
sering meluangkan waktu untuk mengobrol dengan diri sendiri (mungkin ini yang
dinamakan suara hati) serta mengamati alam. Ini adalah hal-hal yang sebelumnya
tidak aku anggap penting untuk dilakukan. Efeknya, badanku rasanya lebih enteng
menjalani hidup. Seolah tidak ada ikatan yang terlalu kuat untuk membuatku
takut meninggalkan dunia. Tapi itu tergantung kondisi jiwa juga sih. Kalau jiwa
lagi bagus ya hal-hal semacam itu mudah untuk diterapkan. Jadi, tugasku (dan
menurutku tugas semua manusia juga) adalah mengupayakan berbagai cara agar
kondisi jiwa selalu bagus.
Sekarang aku sudah
menjadi sarjana psikologi. Senang rasanya pernah dipertemukan Tuhan dengan
teman-teman indigo dalam tali silaturahmi FB. Kalau nggak ada FB nih ya, nggak
jamin aku akan bisa mengerjakan skripsi dengan gampang. Ah ya, aku baru ingat.
Kenapa aku tidak memasukkan FB dalam daftar pustaka skripsiku ya? Pengen sih,
tapi mungkin karena dunia ilmiah belum pernah membahas FB sebagai sumber
referensi, maka aku pun dulu jadi tidak kepikiran untuk turut menyertakannya.
Oke lah, sebagai gantinya, mungkin aku sebaiknya membuat banyak tulisan tentang
FB aja, siapa tahu tulisanku akan dikutip banyak orang trus nanti kan namaku
beserta judul tulisanku dicantumkan di bagian daftar pustaka. Pokoknya aku
harus berterima kasih dan memberi apresiasi kepada FB, yeaah!
Oh ya, kalau ditanya
apa tipsnya kok aku nggak takut berkenalan dengan orang-orang baru di FB, kok aku
nggak takut hilang dibawa kabur teman-temanku atau kok aku nggak takut terkena
penipuan? Jawabannya adalah ikuti kata hati saja, hehe… Gimana ya? Selama ini
aku sih berusaha berpikir positif dengan semua temanku, siapapun itu. Dan
syukur alhamdulilah, selama ini aku juga nggak pernah mengalami hal-hal yang
merugikan dari FB. Tapi kalau mau jaga-jaga ya, menurutku langkah yang cukup
tepat adalah dengan melihat ada tidaknya mutual
friends dari orang yang mengajak kita berteman, khususnya apabila dia
adalah orang yang belum kita kenal. Semakin banyak mutual friends, maka orang tersebut semakin aman bagi kita, karena
hal ini menunjukkan bahwa orang itu berada di wilayah pergaulan yang hampir
sama dengan kita. Seandainya setelah berteman dengan seseorang ternyata kita menemui
hal yang tidak kita sukai dari interaksi kita dengan dia, ya gampang sih kalau
mau menjauh dari dia, tinggal di unfriend
atau putuskan pertemanan. Kita toh berhak memilih siapa yang pantas menjadi
teman kita.
Memang sih, mengelola
FB itu gampang-gampang susah. Gampang karena kita bebas memberi respon apa saja
kepada orang lain dengan efek sosial yang risikonya lebih rendah daripada
interaksi secara langsung. Susah karena seringkali membuat kita lupa bahwa
dunia maya dan dunia nyata sebenarnya tidak pernah benar-benar terpisah. Ya
mungkin ketika kita menulis status atau memberi komentar tertentu kita merasa
aman-aman saja karena orang yang baca pun nggak ada di depan kita. Nah, tapi
coba bayangkan efeknya yang lebih besar. Kalau kita melakukan sesuatu yang
menyinggung perasaan orang lain di FB, maka mungkin saja di sebuah tempat
terpisah dia tengah menghimpun kekuatan bersama banyak orang untuk melawan kita
suatu saat nanti. Hyaa, makanya gunakan FB secara bijak. Yang boleh bijak bukan
cuma orang yang bayar pajak kalii.. Disamping dunia maya dan dunia nyata yang
tidak terpisah, masih ada satu lagi yang berkaitan, dunia ghaib. Eiits.. jangan
takut dulu. Maksudnya adalah, dunia yang digerakkan oleh Tuhan. Kita toh nggak
mungkin kan bisa FB-an tanpa kehendak Tuhan, kita toh nggak mungkin kan ngobrol
langsung dengan teman tanpa kehendak Tuhan. Meskipun Tuhan sendiri nggak punya
akun FB, kita tetap bisa lho menyapa Dia lewat status atau komentar kita yang
bermanfaat bagi orang lain. Jadi, selamat ber-FB dalam dunia-dunia indah kita
yaa!
HitsQQ
BalasHapusLink HitsQQ
Link Alternatif HitsQQ
Kiu Kiu Android
Judi Kartu
Judi Online
Judi Domino
Judi QQ Android
Domino QQ
Bandarq
Poker Online
Capsa susun
AduQ
Bandar Poker
Bandar 66
Bocoran Togel Jitu
Bocoran Angka Jitu
Prediksi Togel
Prediksi Akurat
Prediksi Jitu
Angka Jitu
Togel Jitu
Nomer Togel Jitu
Nomer Jitu
Bocoran Togel Akurat
Prediksi Toto
Prediksi Togel
Prediksi Togel Akurat
Prediksi Toto Akurat
Prediksi Togel Online
Buku Mimpi 4D
Angka Mimpi 4D
Buku Mimpi 3D
Angka Mimpi 3D
Buku Mimpi 2D
Angka Mimpi 2D